Jumat, 22 Januari 2010

FACEBOOK MENURUNKAN MINAT BELAJAR SISWA

NOVI ROS SANTI

0902829 PGSD 1B

Facebook sebagai salah satu situs jaringan sosial yang paling digemari di dunia telah memikat hati para penggunanya. Termasuk para siswa sekolah dasar yang usianya masih relatif kecil. Facebook memiliki berbagai macam layanan yang membuat penggunanya betah mengakses situs tersebut. Hal inilah yang memnyebabkan penggunanya tidak mau lepas darinya.

Pada dasarnya facebook memiliki manfaat bagi para siswa yang gemar mengaksesnya. Namun disaat keefektifan waktu belajar mereka tersita, itu menjadi suatu hal yang sangat buruk. Dimana usia siswa sekolah dasar yang sejatinya adalah belajar sekarang menjadi sibuk menarikan jarinya di atas keyboard komputer.

Sampai detik inipun mayoritas anak-anak masih terlena akan facebook. Mereka menggunakan waktu belajarnya untuk membuka facebook. Tidak sedikit pula yang akhirnya mengalami penurunan nilai di sekolahnya karena minat belajarnya yang mengalami regresif.

Facebook memiliki beberapa dampak bagi anak sekolah dasar yang gemar menggelutinya. Dampak positifnya seperti membuat silaturahmi yang lebih mudah dan sering. Namun facebook pun memiliki dampak yang negatif, dampak negatif facebook membuat nilai para pelajar menjadi lebih buruk dibanding pelajar yang tidak mempunyai facebook. Hal ini disebabkan anak-anak cenderung menjadi malas belajar, hanya facebook yang membuat mereka rajin membuka internet.

Karpinski, peneliti Ohio State yang menanyai 219 mahasiswa untuk penelitiannya, mengatakan bahwa ini ibarat perbedaan antara dapat nilai A dan B.

Banyaknya siswa yang sudah mengenal facebook tidak hanya karena mereka mempunyai komputer, tapi karena mereka yang memiliki telepon genggam pun dapat memiliki aplikasi ini. Mungkin berbeda dengan penulis yang pada saat sekolah dasar hanya mengenal sekolah. Jaman sekarang siswa sekolah dasar telah mahir menggunakan telepon genggam. Dan yang mencengangkannya lagi, telepon genggam yang mereka gunakan harganya sama dengan gaji satu bulan seorang guru, bahkan bisa lebih.

Kembali kepada facebook, aplikasi ini dapat kita jumpai tidak hanya di komputer saja, melainkan bisa juga di download di telepon genggan, yang bisa kapan saja dibuka tanpa harus terlebih dahulu ke warung internet ataupun tempat-tempat yang memiliki jaringan internet lainnya.

Pada dasarnya hal yang sudah menjadi candu itu sangat membahayakan. Seperti halnya facebook ini.

Seperti yang terjadi di Bradenton, Florida, Amerika Serikat. Hanya demi mengecek akun facebook miliknya, seorang pria berusia 19 tahun yang tidak disebutkan identitasnya merampas sebuah laptop milik pelanggan kedai kopi starbucks.

Polisi setempat, seperti dikutip Associated Press, Senin (23/2), menuturkan, pria itu diberi tahu bahwa dia tidak bisa menggunakan laptop milik si pelanggan untuk mengecek akun facebook-nya. Pria itu lalu merampas laptop milik si pelanggan dan berlari keluar dari Starbucks, yang berlokasi di sebuah pusat perbelanjaan.

Barangkali karena mendengar teriakan si pelanggan yang dirampas laptopnya, dua orang di lapangan parkir lalu menangkap pria itu dan menahannya sampai petugas keamanan mal datang. Si pelanggan mendapatkan kembali laptopnya.

Pria itu kemudian didakwa melakukan perampokan dengan perampasan tiba-tiba. Tindakan itu termasuk tindakan kriminal yang tergolong berat.

Bukannya berhasil mengecek akun facebook dan melihat pesan baru dari teman-temannya atau meng-update statusnya, si pria itu harus mendekam di penjara dan untuk waktu yang lama harus berpisah dengan facebook yang digandrunginya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula rupanya (kompas.com)

Dengan adanya kejadian tersebut, para siswa terutama siswa sekolah dasar sebaiknya tidak terlalu menggeluti facebook. dikhawatirkan akan terjadinya hal yang tidak-tidak. Terlebih lagi terhadap pelajaran. Para siswa yang disibukkan dengan facebook akan mempengaruhi belajarnya juga. Kemungkinan akan mengalami penurunan.

sejatinya setiap diri manusia adalah pelajar bagi seluruh ilmu yang ada di alam semesta ini, baik ilmu formal maupun ilmu informal. Begitupun dengan siswa sekolah dasar adalah seorang pelajar dan pengguna fasilitas facebook itu sendiri.

REFERENSI

http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/04/15/10590447/

huul32.buzzdsign.com/berita-komentar/dampak-facebook/

Rabu, 20 Januari 2010

MEMBUDAYAKAN MEMBACA

MEMBUDAYAKAN MEMBACA
Eka Melisa Oktaviani
NIM : 0902839
PGSD 1B

Buku adalah jendela dunia, dan dunia itu sangat indah dan menarik. Dari buku kita dapat pergi mengelilingi dunia bahkan ke puncak gunung Himalaya. Dan itulah kata-kata yang sering di sampaikan kepada anak didik agar tertarik untuk membaca. Membca bukan sekedar menyuarakan tulisan dalam buku , membaca cenderung memosisikan diri kita pada bacaan yang kit abaca. Membudayakan membaca merupakan peranan penting bagi kita bagi ciptaan Allah SWT. Dengan membaca wawasan kita akan bertambah dan ilmu pengetahuan kita juga akan meningkat. Banyak sekali manfaat-manfaat yang bisa kita dapat dan ambil dengan kita membaca buku. Aidh, Jordan E.Ayan menyatakan dalam bukunya yang berjudul “ Bengkel Kreatifitas” bahwa membaca memiliki dampak positif bagi perkembangan kecerdasan . kebiasaan membaca harus diterapkan sejak kecil. Karena kebiasaan waktu kecil akan tebawa sampai kita dewa bahkan sampai tua.
Membudayakan Membaca
Seharusnya budaya membaca harus diterapkan atau dibiasakan sejak kecil, karena membaca itu sangat penting. Dengan membaca kita bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita akan terus bertambah. Membudayakan membaca hendaknya diajarkan sebelum anak mulai masuk sekolah dasar. Sebelum sekolah dasar, pendidikan dimulai dari keluarga sendiri. Yaitu kebiasaan-kebiasaan yang baik yang diterapkan atau diajarkan kepada si anak. Karena pembelajaran di lingkungan keluarga merupakan salah satu bentuk kepribadian anak. Dalam pembentukan kepribadian anak, orangtua merupakan peranan penting di dalamnya. Karena awal pepbelajaran si anak di mulai dari keluarga sendiri. Pembentukan kepruibadian anak sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak dimasa yang akan datang. Jadi segala kebaikan, tatakrama, dan sopan santun haruslah di terapkan dan di ajarkan sejak anak masih kecil agar kelak menjadi anak yang berahlakul karimah.
Pertama masuk sekolah dasar, mereka pasti dan perlu beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan dan teman-teman barunya. Sikap dan sifat mereka pada awal masuk sekolah dasar sangatlah beragam, muali dari kemanjaan mereka, dan sifat-sifat lainnnya yang mereka bawa dari lingkungan mereka sebelum masuk sekolah dasar. Disini gguru harus berperan aktif dalam pengajarannya. Kebiasaan-kebiasaan yang baik harus diajarkan kepada anak. Contohnya membiasakan agar anak membaca. Karena dengan dibiasakan membaca sejak kecil, kelak ia dewasa juga ia akan membawa kebiasaannya sejak kecil. Selain orang tua, guru merupakan orang tua kedua yang harus bisa mendidik anak menjadi anak yang bisa berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru sekolah dasar seharusnya melakukan penekanan kepada anak didiknya untuk bisa membudayakan membaca. Supaya anak bisa terbiasa dengan keadaan seperti ini dan anak bisa menjadi gemar membaca setiap guru harus bisa menyakinkan muridnya akan pentingnya budaya membaca. Karena dengan membaca pengetahuan dan wawasan anak bertambah dan fikiran anak akan berkembang luas. Maka dari itu anak harus benar-benar dibimbing dan di arahkan akan penting dan perlunya membudayakan membaca sejak kecil.
Aids, Jordan E. Ayan menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Bengkel Kreatifitas” dan “Membaca Memiliki dampak Positif Bagi Perkembangan Kecerdasan” yaitu:
Pertama mempertinggi kecerdasan verbal/linguistic, karena dengan membaca akan memperkaya kosakata; kedua meningkatkan kecerdasan matematis-logis dengan “memaksa” kita menalar, mengurutkan dengan teratur dan berfikir logis untuk dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan suatu misteri;ketiga mengembangkan kecerdasan intrapersonal dengan mendesak kita merenungkan kehidupan dan mempertimbangkan kembali keputusan akan cita-cita hidup; keempat membaca dan memicu imajinasi dengan mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya; kelima membentuk karakter dan kepribadian.

Membaca, membaca, dan membaca. Dengan membaca banyak sekali pelajaran yang kita dapat sesuai yang dikemukakan oleh Aids, Jordan E. Ayan dengan bukunya “Bengkel kretifitas” bahwa membaca memiliki dampak positif bagi perkembangan kecerdasan.
Barbara Tuchman mengemukakan bahwa salah satu kejahatan yang lebih buruk dari pada membakar buku adalah tidak membaca buku. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa bangsa yang buruk dan siap menghadapi kehancuran peradaban adalah bangsa yang tidak gemar membaca.
Pertanyaan dari Barbara Tuchman sudahlah sangat jelas bahwa membaca merupakan hal yang penting salah satunya untuk bisa membangun bangsa. Suatu bangsa akan berhasil dan kokoh bila orang-orang didalam membiasakan membaca. Didalam buku juga tersimpan banyak sekali ilmu dan pengetahuan yang bisa membuat suatu bangsa menjdai bangsa yang kokoh.



Kesimpulan
Membaca merupakan salah satu menuju kehidupan yang lebih baik. Intelektual yang sangat tinggi sangatlah berpengaruh dalam kehidupan dimasa yang modern ini membaca bisa dan dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan akan berkembang dan bisa membuat bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan kokoh serta menjauhkan dari kebodohan dan juga menjauhkan bangsa dari kehancuran, membaca juga dapat mencerdaskan otak manusia. Dengan membaca orang bisa memandang setiap permasalahan hidup bukan sebagai beban namun tantangan yang harus diselesaikan. Membaca adalah perilaku positif perilaku yang harus di awali dengan pembiasaan sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Ketika aktifitas membaca sudah menjadi kebiasaan, maka aktifitas membaca pun terus kita lakukan tanpa harus dipaksa dan di minta. Maka dari itu, marilah kita membudayakan membaca sejak kecil.

Referensi
Prabu,Rama. 2009 Membaca, Ritus Wajib Siswa Didik.[Online]. Tersedia : http://ramaprabu.multiply.com. [ 26 Oktober 2009]

MEMBUDAYAKAN MEMBACA

MEMBUDAYAKAN MEMBACA
Eka Melisa Oktaviani
NIM : 0902839
PGSD 1B

Buku adalah jendela dunia, dan dunia itu sangat indah dan menarik. Dari buku kita dapat pergi mengelilingi dunia bahkan ke puncak gunung Himalaya. Dan itulah kata-kata yang sering di sampaikan kepada anak didik agar tertarik untuk membaca. Membca bukan sekedar menyuarakan tulisan dalam buku , membaca cenderung memosisikan diri kita pada bacaan yang kit abaca. Membudayakan membaca merupakan peranan penting bagi kita bagi ciptaan Allah SWT. Dengan membaca wawasan kita akan bertambah dan ilmu pengetahuan kita juga akan meningkat. Banyak sekali manfaat-manfaat yang bisa kita dapat dan ambil dengan kita membaca buku. Aidh, Jordan E.Ayan menyatakan dalam bukunya yang berjudul “ Bengkel Kreatifitas” bahwa membaca memiliki dampak positif bagi perkembangan kecerdasan . kebiasaan membaca harus diterapkan sejak kecil. Karena kebiasaan waktu kecil akan tebawa sampai kita dewa bahkan sampai tua.
Membudayakan Membaca
Seharusnya budaya membaca harus diterapkan atau dibiasakan sejak kecil, karena membaca itu sangat penting. Dengan membaca kita bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita akan terus bertambah. Membudayakan membaca hendaknya diajarkan sebelum anak mulai masuk sekolah dasar. Sebelum sekolah dasar, pendidikan dimulai dari keluarga sendiri. Yaitu kebiasaan-kebiasaan yang baik yang diterapkan atau diajarkan kepada si anak. Karena pembelajaran di lingkungan keluarga merupakan salah satu bentuk kepribadian anak. Dalam pembentukan kepribadian anak, orangtua merupakan peranan penting di dalamnya. Karena awal pepbelajaran si anak di mulai dari keluarga sendiri. Pembentukan kepruibadian anak sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak dimasa yang akan datang. Jadi segala kebaikan, tatakrama, dan sopan santun haruslah di terapkan dan di ajarkan sejak anak masih kecil agar kelak menjadi anak yang berahlakul karimah.
Pertama masuk sekolah dasar, mereka pasti dan perlu beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan dan teman-teman barunya. Sikap dan sifat mereka pada awal masuk sekolah dasar sangatlah beragam, muali dari kemanjaan mereka, dan sifat-sifat lainnnya yang mereka bawa dari lingkungan mereka sebelum masuk sekolah dasar. Disini gguru harus berperan aktif dalam pengajarannya. Kebiasaan-kebiasaan yang baik harus diajarkan kepada anak. Contohnya membiasakan agar anak membaca. Karena dengan dibiasakan membaca sejak kecil, kelak ia dewasa juga ia akan membawa kebiasaannya sejak kecil. Selain orang tua, guru merupakan orang tua kedua yang harus bisa mendidik anak menjadi anak yang bisa berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru sekolah dasar seharusnya melakukan penekanan kepada anak didiknya untuk bisa membudayakan membaca. Supaya anak bisa terbiasa dengan keadaan seperti ini dan anak bisa menjadi gemar membaca setiap guru harus bisa menyakinkan muridnya akan pentingnya budaya membaca. Karena dengan membaca pengetahuan dan wawasan anak bertambah dan fikiran anak akan berkembang luas. Maka dari itu anak harus benar-benar dibimbing dan di arahkan akan penting dan perlunya membudayakan membaca sejak kecil.
Aids, Jordan E. Ayan menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Bengkel Kreatifitas” dan “Membaca Memiliki dampak Positif Bagi Perkembangan Kecerdasan” yaitu:
Pertama mempertinggi kecerdasan verbal/linguistic, karena dengan membaca akan memperkaya kosakata; kedua meningkatkan kecerdasan matematis-logis dengan “memaksa” kita menalar, mengurutkan dengan teratur dan berfikir logis untuk dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan suatu misteri;ketiga mengembangkan kecerdasan intrapersonal dengan mendesak kita merenungkan kehidupan dan mempertimbangkan kembali keputusan akan cita-cita hidup; keempat membaca dan memicu imajinasi dengan mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya; kelima membentuk karakter dan kepribadian.

Membaca, membaca, dan membaca. Dengan membaca banyak sekali pelajaran yang kita dapat sesuai yang dikemukakan oleh Aids, Jordan E. Ayan dengan bukunya “Bengkel kretifitas” bahwa membaca memiliki dampak positif bagi perkembangan kecerdasan.
Barbara Tuchman mengemukakan bahwa salah satu kejahatan yang lebih buruk dari pada membakar buku adalah tidak membaca buku. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa bangsa yang buruk dan siap menghadapi kehancuran peradaban adalah bangsa yang tidak gemar membaca.
Pertanyaan dari Barbara Tuchman sudahlah sangat jelas bahwa membaca merupakan hal yang penting salah satunya untuk bisa membangun bangsa. Suatu bangsa akan berhasil dan kokoh bila orang-orang didalam membiasakan membaca. Didalam buku juga tersimpan banyak sekali ilmu dan pengetahuan yang bisa membuat suatu bangsa menjdai bangsa yang kokoh.



Kesimpulan
Membaca merupakan salah satu menuju kehidupan yang lebih baik. Intelektual yang sangat tinggi sangatlah berpengaruh dalam kehidupan dimasa yang modern ini membaca bisa dan dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan akan berkembang dan bisa membuat bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan kokoh serta menjauhkan dari kebodohan dan juga menjauhkan bangsa dari kehancuran, membaca juga dapat mencerdaskan otak manusia. Dengan membaca orang bisa memandang setiap permasalahan hidup bukan sebagai beban namun tantangan yang harus diselesaikan. Membaca adalah perilaku positif perilaku yang harus di awali dengan pembiasaan sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Ketika aktifitas membaca sudah menjadi kebiasaan, maka aktifitas membaca pun terus kita lakukan tanpa harus dipaksa dan di minta. Maka dari itu, marilah kita membudayakan membaca sejak kecil.

Referensi
Prabu,Rama. 2009 Membaca, Ritus Wajib Siswa Didik.[Online]. Tersedia : http://ramaprabu.multiply.com. [ 26 Oktober 2009]

Selasa, 19 Januari 2010

PENGARUH INTERNET DAN TELEVISI TERHADAP ANAK

Santi Juliana Wulandari

NIM. 0902803, PGSD I-B

Pengaruh internet bagi generasi muda sangat banyak, baik positif maupun negatif. Internet itu hanya sebuah medium penyampaian informasi, seperti siaran televisi atau siaran radio dan jaringan telepon. Namun ia lebih canggih karena bisa menghantarkan informasi dalam berbagai bentuk (multimedia) dan tentu saja dua arah. Internet bersifat netral, tergantung bagaimana penggunaannya. Apabila di gunakan dengan baik,bisa luar biasa bermanfaat, khususnya bagi generasi muda dalam bidang pendidikan, materi pelajaran bisa di sampaikan dalam berbagai bentuk, gambar, animasi, film, suara, dan konten-konten interaktif. Murid bisa lebih mudah belajar dan berkreasi. Ilmu pengetahuan dan informasi terbaru dapat disampaikan dalam waktu yang sangat singkat dari dan ke belahan bumi manapun. Generasi muda juga dapat berkomunitas dengan siapapun tanpa menghiraukan ruang dan waktu.

Berhubung internet sangat versatil penggunaannya, dampak negatif juga sulit dihindari. Seperti yang telah disebutkan, informasi dapat mengalir dengan sangat cepat dari dan kemanapun. Sebagai manusia yang di karuniai akal oleh Tuhan,sudah pasti tidak benar jika kita mencap internet harus di cegah penggunaannya hanya karena dampak negatif dan menghiraukan dampak positif. Generasi tua, harus mengarahkan generasi muda dalam penggunaan internet, baik dengan cara halus bahkan paksaan. Hal ini biasa disebut parental kontrol.

Internet biasanya di akses melalui komputer. Telah banyak program-program untuk memblokir konten-konten yang tidak sesuai bagi kalangan tertentu. Hal ini dapat di gunakan oleh orang tua. Hal ini dapat di terapkan di keluarga masing-masing atau bahkan agregat oleh institusi tertentu, seperti sekolah dan juga pemerintah negara. Orang tua yang teredukasi dan relatif masih merupakan generasi sekarang kebanyakan pasti telah memikirkan ini, karena telah mengalami dan mengetahui permasalahan akibat internet bagi anak-anaknya. Namun bagi yang bukan generasi sekarang, banyak dari mereka yang berpikir tidak perlu menguasai teknologi-informasi yang ada, cukup bagi anaknya saja. Padahal untuk mengawasi anak-anaknya, orang tua harus menguasai teknologi yang digunakan. Dampak negatif bisa merembet dari dan ke berbagai usia, misalnya apabila seorang anak terbiasa melihat kekerasan dan pornografi, maka itu akan berdampak pada tingkah lakunya saat dewasa.

Dalam berita ranesi tanggal 20 april lalu, dikatakan bahwa anak-anak Sekolah Dasar di Belanda sekarang makin banyak yang melakukan pelecehan seksual terhadap temannya. Dan menurut De Winter, seorang Guru Besar Pedagogi Belanda, ini karena pengaruh media. Dalam artikel di bawah ini, dia mengatakan, “banyak orang tua berpendapat bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pengaruh televisi dan internet. Tapi itu tidak benar, orang tua dan sekolah harus lebih banyak campur tangan”. Salah satu caranya tentu dengan meningkatkan ilmu kita sebagai orang tua, supaya kita tahu bagaimana menangkal pengaruh-pengaruh media ke anak kita, dan kata-kata apa yang harus kita tekankan ke anak-anak kita agar terhindar dari pelecehan seksual.

Bermain dokter-dokteran bukan hal baru lagi bagi anak-anak. Tapi yang baru adalah semakin banyaknya dan semakin mudahnya anak-anak di hadapkan dengan gambar-gambar bernuansa porno. Kekhawatiran terhadap dampaknya, meningkat pula. Baru-baru ini seorang anak laki-laki berusia 12 tahun di kota Amersfoort, Belanda Tengah, melakukan pelecehan seksual terhadap teman sekolahnya. Selain itu ada dua Sekolah Dasar lagi yang muridnya berbuat tidak senonoh. Guru Besar Pedagogi di Universitas Utrecht Micha de Winter mengusulkan agar peranan orang tua murid di sekolah di tingkatkan.

Buku Het is niet leuk

Ketika jam istirahat seorang anak laki-laki di SD de Vlindervallei di Amersfoort, Belanda Tengah, menarik seorang anak yang sebaya dengan dia ke pangkuannya. Kemudian ia mengeluarkan kata-kata yang bernuansa seksual. Apa yang di lakukan anak-anak ini tampaknya baru dan sering terjadi. Martine Delfos adalah seorang psikolog dan penulis buku anak-anak ‘Het is niet leuk’ (ini tidak menyenangkan). Buku ini mengenai anak-anak yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak lain. Delfos heran mengapa banyak anak-anak yang memperlihatkan perilaku seksualitas secara terbuka. Martine Delfos: ”apa yang persis mereka lakukan memang hal yang baru, terutama volumenya. Tapi gejala yang paling baru adalah coraknya yang sangat berbeda dan keterbukaannya. Dulu tidak seperti itu. Dulu biasanya tersembunyi. Tetapi sekarang apa yang dilakukan anak-anak itu sangat terbuka”.

Dewasa ini anak-anak banyak di hadapkan dengan gambar-gambar seksual di bandingkan sekitar sepuluh tahun yang lalu. Di internet anak-anak di konfrontasi dengan gambar-gambar seks. Menurut Guru Besar Pedagogi Micha de Winter gambar-gambar itu bermakna lain bagi anak-anak. Micha de Winter: “Anak-anak yang menonton channel musik atau internet, mereka mendapat kesan bahwa perempuan-perempuan atau gadis-gadis yang mereka lihat itu memang untuk digoda. Jadi, gambar-gambar yang dilihat anak-anak itu tidak objektif”.

Tidak semua orang menganggap prilaku anak-anak itu sebagai hal yang salah. Ketua Organisasi Pemimpin Sekolah di Belanda, Ton Duif, bertanya-tanya apakah ini semua memang bermasalah. Menurut Duif anak-anak sekarang memang cepat dewasa dan suka mencoba-coba. Ton Duif: “Masalahnya semuanya di besar-besarkan sehingga di anggap sebagai perilaku tidak normal. Itu sebenarnya prilaku alami. Tapi sekolah memang harus mengantisipasi. Sekolah memang harus berbuat”.

Ini bukan hanya kesalahan media baru. Menurut De Winter, orang tua dan sekolah harus lebih banyak campur tangan. De Winter menyadari sekarang banyak orang tua yang berpendapat bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pengaruh televisi dan internet. Tapi itu tidak benar. Karenanya, De Winter menghimbau agar orang dewasa menjadi tauladan. Harus memperlihatkan bahwa orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari bergaul dengan cara berbeda dari apa yang mereka lihat di internet dan videoklip.

REFERENSI

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/08/pengaruh-internet-dan-televisi-pada.html

Pengaruh Menonton Televisi bagi Anak
Sari Melati Rosdelina
NIM 0902791, PGSD 1B
Pendahuluan
Pengaruh televisi terhadap anak semakin besar, dan itu membuat hubungan anak dan televisi menjadi sangat dekat. Bahkan mungkin bisa jadi hubungan antara anak dengan televisi lebih dekat dibandingkan dengan interaksi antara anak dengan keluarga atau orangtuanya. Karena anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton televisi daripada melakukan hal lainnya. Kehadiran televisi sesungguhnya bagai pisau bermata ganda, memberikan pengetahuan namun sekaligus berdampak negatif dalam proses perkembangan anak, baik fisik, psikis, maupun sosial. Karena pada usia anak-anak dianggap berada dalam usia rentan.

Pengertian televisi yaitu suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya adalah sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Dengan demikian gambar yang terdapat pada televisi merupakan lambang komunikasi yang dapat dilihat dan didengar pada waktu yang sama.

1. Televisi Merupakan Alat Pendidikan bagi Anak
Onong Uchyana Effendy (1975) menyatakan, “... televisi merupakan alat pendidikan bagi anak-anak, setidak-tidaknya mereka belajar dari menonton ....”
Menurut saya, televisi yaitu sebagai media elektronik yang banyak mempengaruhi anak-anak di dalam mengadaptasi siaran-siarannya. Kekhawatiran orangtua yang menjurus pada mutu siaran televisi, telah menyadarkan berbagai pihak untuk sama-sama bertanggung jawab terhadap kelanjutan generasi penerus bangsa Indonesia. Sebenarnya banyak siaran-siaran televisi yang tidak berdampak negatif pada anak, asalkan orangtua harus memberikan pemahaman kepada anak-anak apabila mereka sedang menonton. Jangan sampai anak-anak dibiarkan menonton sendiri atau tanpa pengawasan orangtua, karena bisa saja mereka menonton siaran yang tidak pantas mereka tonton untuk anak seusianya.
Televisi mempunyai sisi yang positif. Dalam hal ini, televisi mampu memberikan gambaran secara nyata tentang berbagai fenomena pada anak, lebih konkrit, lebih mudah dipahami dikarenakan hal tersebut merupakan hal-hal yang baru bagi otaknya, yang belum mereka dapatkan dari hasil pendidikan di sekolah maupun dari lingkungan dimana anak-anak tersebut tinggal dan bersosialisasi. Dengan demikian anak akan lebih tertarik. Sisi positif dari menonton televisi adalah bahwa di beberapa tayangan tertentu yang dapat menjadi sumber pelajaran yang dapat membantu kita, terutama anak untuk memahami dunia dan bahkan memperkaya ilmu yang telah didapatkan di bangku sekolah. Contohnya program Acara Pendidikan, anak-anak yang suka menonton tayangan itu mendapat lebih banyak ilmu dibandingkan anak-anak yang tidak menonton program pendidikan itu. Mereka mendapat lebih banyak ilmu karena secara tidak langsung mereka belajar dari menonton program Acara Pendidikan itu.

2. Televisi Mempunyai Dampak Negatif bagi Anak
Dr. Popon (1993) menyatakan, “akibat film serial di televisi banyak membawa dampak negatif yang sangat mempengaruhi kehidupan anak remaja sekarang”.
Menurut saya, tayangan televisi juga bisa berdampak buruk bagi anak, dan juga merupakan media peniruan dan penanaman nilai negatif, padahal anak-anak belum mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas. Misalnya mencontek, mempertontonkan aib orang lain dan menipu. Belum lagi film-film kartun yang penuh dengan kekerasan contohnya film Tom and Jerry. Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Anak-anak yang banyak menonton program hiburan dan kartun biasanya memperoleh nilai yang lebih rendah dibanding anak yang sedikit saja menghabiskan waktunya menonton tayangan yang sama, karena anak-anak yang suka menonton kartun biasanya akan ketagihan menonton lagi.
Menonton televisi membuat anak cenderung untuk bersikap individualis sehingga keterampilan-keterampilan anak tersebut menjadi kurang berkembang. Jika proses ini terjadi terus menerus maka yang terjadi adalah semakin turunnya kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Tayangan televisi juga dapat menurunkan kemampuan membaca, bahkan penurunan memori pada anak. Pengaruh fisik bagi anak-anak yang banyak menonton televisi cenderung memiliki masalah kegemukan. Karena biasanya sambil menonton televisi mulut mereka terus mengunyah camilan terlalu banyak. Sehingga pembakaran kalori tubuh saat menonton televisi jauh lebih sedikit dibandingkan jika mereka aktif bermain. Anak-anak yang sudah benar-benar tenggelam konsentrasi menonton televisi, metabolismenya menurun hingga di bawah rata-rata normal pada saat anak istirahat. Adapun pengaruh psikisnya, yaitu anak-anak yang banyak menonton televisi juga cenderung lebih agresif dibandingkan dengan yang jarang.

Penutup

Tanpa pengawasan orangtua, televisi dapat berbahaya bagi anak-anak, dalam cara pikir, perilaku, kebiasaannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembentukan watak anak tersebut hingga ia dewasa nanti. Bagaimanapun, televisi merupakan salah satu media belajar bagi anak dan bisa memberi pengaruh positif terhadap tumbuh kembangnya. Yang penting, mencegahnya agar tak sampai kecanduan menonton televisi. Karena anak usia ini sedang dalam tahap mengembangkan perilaku sosial. Ia harus mendapat banyak kesempatan bermain dengan teman-temannya. Menonton televisi itu cenderung pasif. Berbeda jika ia bermain dengan teman-temannya, ia akan aktif, entah fisiknya, komunikasi, atau sosial, sehingga ada timbal-balik, belajar saling memberi.
Yang lebih bijaksana adalah orangtua harus mengontrol tayangan televisi bagi anak-anaknya. Setidaknya memberikan pemahaman kepada anak, mana yang bisa mereka tonton dan mana yang tidak boleh. Orangtua perlu mendampingi anak-anaknya saat menonton televisi, dan memberikan berbagai pemahaman kepada anak-anak tentang suatu tayangan yang sedang disaksikan. Selain sarana membangun komunikasi dengan anak, hal ini bisa mengurangi dampak negatif televisi bagi anak.

Referensi
Kartikasari Tatiek; Y. Pertiwi Wiwik dan Setiawati Hindyastuti.1995.Pesan-
Pesan Budaya Film Anak-Anak Dalam Tayangan Televisi (Studi Tentang Pengaruh Sistem Modern Terhadap Prilaku Sosial Remaja Kota Cianjur).Jakarta:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI 1995.
Ikatan Dokter Anak Indonesia.2007.”Pengaruh Nonton TV Pada Anak-
Anak”.[Online].Tersedia:
http://dranak.blogspot.com/2007/05/pengaruh-nonton-tv-pada-anak-anak.html. [14 Mei 2007].
Widya,Shedia.2008.”Dampak nonton TV Bagi Anak”.[Online].Tersedia:
http://shediawidya.multiply.com/journal/item/8/Dampak_Nonton_TV_bagi_Anak. [15 April 2008].
Mimpsy.2009.”Dampak Menonton Televisi”.[Online].Tersedia:
http://mimpsy.blog.friendster.com/2009/01/dampak-menonton-televisi/. [13 Januari 2009].

GURU SEKOLAH DASAR DAN KECERDASAN EMOSI

Oleh: Resty Tunika Oktaviani
PGSD 1B
0902916

GURU SEKOLAH DASAR DAN KECERDASAN EMOSI


I. Pusat Kecerdasan Emosi dan Kecerdasasn rasional dalam Otak

Otak manusia adalah masa protoplasma yang paling kompleks yantg pernah dikenal di alam swmesta. Organ ini terdiri dari tiga bagian dasar, masing-masing debngan struktur saraf dengan tuga-tugas tertentu, yang oleh Dr. Paul McLean (1990) disebut ”otak triune. Ketiga bagian tersebut adalah: batang atau otak reptil, sistem limbik atau otak mamalia, dan neokorteks (Bobbi De Porter dan Mike Hernacki:1999).

Dalam buku Quantum Learning dijelaskan bahwa bagian manusia yang disebut otak mamalia (Sistem limbik)bertanggung jawab atas fubgsi-fungsi emosional dan kognitif secara pengaturan bioritme seseorang, seperti pula tidur, lapar, haus, tekanan darah, gairah seksual, dan metabolisme dalam tubuh. Dalam mekanisme yang terdiri pada sistem limbik inilah kecerdasan emotional (EI= Emotional Intelligence, nama lain dari EQ) seseorang ditentukan.

Joseph LeDoux (1992) seorang ahli saraf di Centre for Neural Science di New York University mengungkapkan bahwa dalam saat-saat yang kritis, kecerdasan emosi akan lebih cepat menentukan keputusan daripada kecerdasan intelektual. Hal itu sejalan dengan kajian Dr. Jalaludin Rakhmat (1990) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi sangat mempengaruhi manusia dalam mengambil keputusan. Bahkan, tidak ada satu pun keputusan yang diambil manusia murni dari pemikiran rasional karena bseluruh keputusan manusia memiliki warna emosional .


II. Konsep Dasar Kecerdasan Emosi

Istilah ”Emotional Intelligence, kecerdasan emosional”- selanjutnya disebut kecerdasan emosi pertamakali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan john Mayer dari University of New Hampshiore. Kecerdasan ini berhubungan dengan kualitas-kualitas psikologis tertentu yang oleh Salovey dikelompokkan ke dalam lima karakter kemampuan:
1. Mengenali emosi diri; wilayah ini merupakan dasar kecerdasan emosi. Penguasaan seseorang akan hal ini akan memiliki kepekaan atas pengambilan keputusan-kepuitusan masalah pribadi.
2. Mengelola emosi; kecerdasan emosi seseorang pada bagian ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan sehingga dia dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
3. Memotivasi diri sendiri; kecerdasan ini berhububgan dengan kemampuan seseorang dalam membangkitkan hasrat, menguasai diri, menahan diri terhadap kepuasan dan kecemasan. Keberhasilan dalam wilayah ini akan menjadikan seseorang cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
4. Mengnali emosi orang lain. Berkaitan erat dengan empati, salah satu kecerdasan emosi yang merupakan ”keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
5. Membina hubungan. Seni membina hubungan, menuntut kecerdasan dan keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain. Sangat diperlukan untuk menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi.

III. Kecerdasan Emosi Eksekutif

Kecerdasan Emosional Eksekutif (EQ-Executive) secara singkat dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dalam rangka menghadapi dan memberikan tindakan antisipasi maupun solusi terhadap prob-lematika yang dihadapi dalam menjalankan profesi dalam suatu institusi. Berdasarkan gagasan Robert K Cooper & Aynman Sawaf (2001), EQ-Executive yang akan dianalisis dalam peneliutian ini didasarklan kepada empat pilar utama:
1. Kesadaran Emosional Literasi; bertujuan membangun tempat kedudukan lagi kepiawaian dan rasa percaya diri pribadi melalui kejujuran emosi, energi emosi, umpan balik emosi, intuisi, rasa tanggung jawab dan koneksi.
2. Kebugaran Emosi; bertujuan mempertegas kesejatian , sifat dapat dipercaya, dan keuletan, memperluas kepercayaan, dan kemampuan mendengarkan, mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan dengan cara paling konstruktif.
3. Kedalaman Emosi (emotional deepth); mengeksplorasi cara-cara menye-laraskan hidup dan kerja dengan piotensi sertya bakat unik seseorang, mendukungnya dengan ketulusan, kesetiaan pada janji, rasa tanggung jawab yang pada gilirannya memperbesar pengaruh tanpa mengobral kemenangan.
4. Al-Kimia Emosi (emotional alchemi); memperdalam naluri dan kemampuan kreatif untuk mengalir ber\sama masala-masalah dan tekanan-tekanan dan bersaing demi masa depan dengan membangun keterampilan untuk lebih peka akan adanya kemungkinan-kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang yang masih terbuka.


PENUTUP

Indikator- indikator yang menunjukkan beberapa jauh karakter-karakter dari masing-masing pilar di atas terdapat pada diri seseorang dalam penelitian ini akan diungkapkan dengan instrumen EQ MAPTM. Instrumen ini merupakan hasil penelitian yang mendalam, andal secara statistik dan teruji secara baku terhadap tenaga kerja di USA dan Kanada

REFERENSI

www.successionwizard.com
ProblemSolvingCamps.SuperCamp.com
SiswoNugroho.com
PPM.TechnologyEvaluation.com

MEMBANGUN KARAKTER GURU SEKOLAH DASAR MELALUI BUDAYA ICT ( INFORMASI KOMUNIKASI TEKNOLOGI )

RIZKI FITRI APRILYANTI
NIM : 0902805

PENDAHULUAN

Pada saat ini banyak sekali guru sekolah dasar yang tidak dapat menguasai akses internet. Karena itu banyak guru yang tertinggal dalam keterampilan mengajar yang lebih cepat. Contohnya dengan menggunakan internet. Saat ini banyak sekali cara yang mudah dalam media pembelajaran dengan menggunakan internet.

ISI

Perubahan Ke Arah Positif

Perubahan kadang bisa merubah budaya yang ada, baik secara sadar maupun tidak sadar. Jika kita telaah biasanya perubahan ke arah yang positif seakan berat dirasakan apalagi untuk merubah kondisi yang ada sebelumnya, sebaliknya perubahan ke arah yang negatif kadang tak terasa dan dengan mudah cepat merubah kondisi yang ada menjadi lebih parah. Inilah yang kadang menjadi penyakit bagi kemajuan suatu bangsa, golongan dan bahkan individu tertentu. Jika ini dibiarkan maka akan tercipta suatu budaya yang memang demikian, sehingga bangsa ini dalam berbagai bidang pembangunan akan sulit untuk berhasil terlebih dalam bidang pendidikan yang terus dituntut untuk selalu mampu memberikan layanan bagi generasi bangsa ini secara inovatif.

Namun demikian kita yakin bahwa secara jujur kegagalan dan ketertinggalan yang sekarang kita alami diasumsikan karena adanya indikasi bahwa budaya kegagalan yang seharusnya hanya sebagai guyonan di atas justru masih kita menganutnya dan tumbuh secara mendarah daging pada diri kita. Untuk mengikisnya atau menggeser budaya tersebut memang akan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Namun kita yakin dengan bergulirnya waktu tentunya semua pihak terus bergerak mencari solusi pemecahan agar budaya yang tumbuh adalah budaya yang justru kita inginkan bersama. Inilah yang selama ini telah dilakukan dalam proses pembangunan di bidang pendidikan. Dalam prakteknya ini merupakan tanggung jawab bersama baik secara kelompok bahkan institusi, mulai dari level atau jenjang paling bawah hingga level pengambil kebijakan.

Sebagaimana yang telah dicoba oleh Dirjen PMPTK (Penjamin Mutu Tenaga Pendidik dan Kependidikan) yang telah bekerjasama dengan Seamolec sebagai fasilitator terbentuknya konsorsium pertama yang beranggotakan 10 universitas di Indonesia, termasuk di alamnya adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hingga sekarang usia konsorsium pelaksana penyelenggaraan program sertifikasi dan peningkatan kualitas lulusan tenaga pendidik di level pendidikan dasar ini sudah berusia 2 tahun. Program layanan sertifikasi dan peningkatan kualifikasi tenaga pendidikan untuk level pendidikan dasar yang telah dilakukan oleh UPI yaitu dalam bentuk layanan perkuliahan melalui adopsi sistem dan teknologi pembelajaran jarak jauh yang dikenal dengan PJJ online. Karena yang menjadi saran adalah guru-guru SD di Kab/Kota yang belum S1 maka program ini biasa disebut dengan Program PJJ Online PGSD S1.

Hingga sekarang jumlah mahasiswa program ini telah mencapai 300 orang yang terbagi ke dalam dua angkatan yaitu anggkatan 2006/07 dan 2007/08. Jumlah mahasiswa ini tersebar dalam 8 Kab/Kota yaitu: Kab Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Sumedang, Kab. Bandung, Kota Bandung, Kab. Cianjur dan Kab. Sukabumi. Pada usia yang ke-2 tahun ini maka maka setidaknya sudah pantas untuk dievaluasi secara internal maupun eksternal. Tegasnya bahwa sebelum dievaluasi oleh orang lain maka sudah selayaknya kita terlebih dulu mengevaluasi diri sendiri. Sudahkan UPI sebagai anggota konsorsium yang memiliki tugas sebagai pelaksana atau penyelenggara sistem pembinaan dan perkuliahan bagi para pendidik di daerah telah berhasil mewujudkan budaya perubahan ke arah yang positif secara lebih cepat atau perubahan tersebut memang masih belum terwujud. Secara kelembagaan tentunya UPI yang didukung SDM dengan kompetensi yang memadai tidak ingin hal ini menjadi suatu kegagalan ditengah jalan. Namun untuk mewujudkan keberhasilan ini perlu dukungan kebersamaan dan kesadaran semua pihak khususnya individu guru-guru sekolah dasar itu sendiri yang menjadi mahasiswanya.

PENUTUP

Pemaparan di atas semoga dapat mengubah keterampilan para guru dalam mengajar dengan cara yang lebih cepat. Semoga penguasaan internet ini dapat membuat kualitas guru yang lebih maju dan lebih baik.

REFERENSI

Deni darmawan,2008. “Membangun Karakter Guru Sekolah Dasar Melalui Budaya ICT”