Selasa, 29 Desember 2009

DAMPAK TELEVISI BAGI ANAK


SITI HAMIDAH

NIM : 0902792 , PGSD 1-B


PENDAHULUAN

Dampak tayangan televisi pada zaman sekarang terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih dan intensitasnya semakin tinggi. Padahal orang tua tidak punya waktu yang cukup untuk memperhatikan, mendampingi, dan mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton televisi ketimbang melakukan hal lainnya. Apa yang mereka pelajari selama itu? mereka akan belajar bahwa kekerasan itu dapat menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya.

Perlu dipahami bahwa tempat pendidikan paling utama adalah dikeluarga, dimana orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab didalamnya. Kenapa harus orang tua? Karena orang tua yang bisa mengawasi anaknya lebih lama. Orang tua lah yang paling dekat dengan anaknya. Dalam keluarga anak dapat bertumbuh kembang. Membiarkan anak menonton televisi secara berlebihan berarti membiarkan tumbuh kembang dan pendidikan anak akan terganggu. Kewajiban orang tua juga untuk memantau kegiatan belajar anak di rumah.

TAYANGAN TELEVISI BERDAMPAK PADA ANAK

Televisi merupakan media massa elektronik yang sangat digemari hampir disegala jenjang usia, baik oleh anak-anak remaja maupun orang dewasa sekalipun. Menonton acara televisi sebenarnya sangat baik bagi anak-anak, remaja dan orang dewasa, dengan catatan apabila menonton televisi tersebut tidak berlebihan, acara yang ditonton sesuai dengan usia, dan bagi anak-anak adanya pengawasan dari orang tua.

Namun kenyataan yang terjadi, banyak dari anak-anak menonton acara yang seharusnya belum pantas untuk ia saksikan serta kebiasaan menonton televisi telah menjadi kebasaan yang berlebihan tanpa diikuti dengan sikap yang kreatif, bahkan bisa menyebabkan anak bersikap pasif. Dampak positif pada tayangan televisi seperti pada seperti pada acara Starkids dapat mendidik anak-anak. Dalam sinetron juga sebenarnya ada dampak positifnya, tapi dampak positif dapat terwujud jika orang tua ikut serta dalam menonton tayangan televisi tersebut dan ikut membimbing dalam sinetron tersebut. Para orang tua harus menjelaskan kenapa ini baik? Dan mengapa harus dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari? Seperti dalam sinetron Baim anak soleh, dalam sinetron ini anak-anak diajarkan doa untuk sehari-hari dan diajarkan ilmu agamanya juga, tapi kembali lagi pada peran orang tua karena dalam sinetron ini kadang ada hal-hal yang melencenceng. Hal ini dikhawatirkan anak-anak meniru jalan yang tidak benar, maka orang tua harus membimbing mana yang baik dan mana yang buruk. Dampak negatifnya juga ada :

  1. Seperti anak-anak bisa lupa waktu, biasanya waktunya untuk belajar, tapi anak-anak malah asik nonton televisi.

  2. Dewasa sebelum waktunya, dengan menonton tayangan-tayangan sinetron tanpa dibimbing orang tua, bukan sinetron saja sebenarnya, tayangan kartun juga bisa berpengaruh buruk terhadap anak-anak, seperti kartun Shincan yang selalu nakal dan berfikiran dewasa yang negatif. Seandainya orang tua tidak ikut serta membimbing anak-anak dalam tayangan kartun tersebut, maka akan mengakibatkan anak-anak bisa dewasa sebelum waktunya, walaupun dalam tayangan kartun ada keterangan SU (semua umur), tapi orang tua harus jeli dalam membimbing anak-anak dalam menonton tayangan kartun tersebut.

Televisi, walaupun anak merasa bosan, jangan terlalu khawatir bila anak mengaku bosan, karena kebosanan itu lama-lama akan menghilang dan biasanya justru menciptakan kreativitas. Karena anak banyak dipengaruhi dengan yang dilakukan orang tua mereka adalah sangat untuk memperhatikan bahwa usaha apa saja seperti lebih banyak berolahraga, mengonsumsi makanan yang bergizi atau menonton televisi lebih sedikit, dilakukan sebagai "acara keluarga" sehingga mematikan televisi adalah usaha yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga untuk menyisihkan waktu bercengkraman untuk kesejahteraan anak Indonesia, misalnya mencatat rata-rata anak usia Sekolah Dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Artinya pada hari-hari mereka bisa menonton tayangan televisi lebih dari 4 hingga 5 jam sehari. Sementara pada hari minggu bisa 7 sampai 8 jam. Jika rata – rata 4 jam sehari, berarti setahun sekitar 1.400 jam, atau 18.000 jam sampai seorang anak lulus SLTA. Padahal waktu yang dilewatkan anak – anak mulai dari TK sampai SLTA hanya 13.000 jam. Ini berarti anak - anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi dari pada untuk kegiatan apapun, kecuali tidur (Pikiran Rakyat, 29 April 2004).

Dalam kesehariannya, guru di sekolah tidak akan bisa menggantikan peran orang tua. Karena itu menjadi suatu keharusan bagi orang tua untuk tetap memperhatikan si anak selama di rumah. J Drost SJ (2000), Seorang ahli pendidikan dari IKIP Sanata Dharma pernah menulis dalam buku Reformasi Pengajaran: Salah Asuhan Orang Tua?. "Penanaman nilai – nilai dalam pembentukan watak merupakan proses informal. Tidak ada pendidikan formal. Jadi seluruh pembentukan moral manusia muda hanya lewat interaksi informal antara dia dan lingkungan hidup manusia muda itu. Maka pendidik utama adalah orang tua.

KESIMPULAN

Bagi anak – anak, kebiasaan menonton televise bisa mengakibatkan, menurunnya minat baca anak – anak terhadap buku, serta masih banyak lagi dampak negatif lainnya jika dibandingkan dampak positifnya yang hanya sedikit sekali. Anak – anak cenderung lebih senang berlama – lama didepan televisi dibandingkan harus belajar, atau membaca buku. Jika kita melihat acara – acara yang disajikan oleh stasiun televise, banyak acara yang disajikan tidak mendidik malahan bisa dikatakan berbahaya bagi anak – anak untuk di tonton. Kebanyakan acara televisi memutar acara yang berbau kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura – hura (mementingkan duniawi saja) dan masih banyak lagi deratan dampak negatif yang akan menggerogoti anak – anak yang masih belum mengerti dan mengetahui apa – apa. Mereka hanya tahu bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara selanjutnya. Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal ini, mengingat betapa besarnya akibat dari menonton televisi yang berlebihan.

REFERENSI

Drost, J. 2009. Salah Asuahan Orang Tua?. Jakarta : Reformasi Pengajaran

Karl. 2004. Menunda Tayangan Televisi. Pikiran Rakyat, Tanggal 29 April 2004






Tidak ada komentar:

Posting Komentar