Selasa, 29 Desember 2009

Dongeng sebagai Media Pembelajaran Anak

Rianita Puspita Sari
NIM: 0902900, PGSD I-B

Pendahuluan

Pada zaman modern yang serba canggih seperti sekarang ini, di Indonesia dan banyak negara lainnya, sudah sedikit sekali anak-anak yang membaca atau mengenal dongeng. Begitu pula sudah jarang sekali kita menemukan orang tua yang membacakan dongeng sebelum tidur (Bed time story) kepada anak-anaknya. Dongeng dianggap tidak menarik, membosankan, dan kuno apabila dibandingkan dengan televisi, video game, dan komputer. Anak-anak lebih memilih berjam-jam menonton televisi dan bermain video game daripada hanya beberapa menit membaca dongeng. Padahal dongeng, yang mereka anggap tidak menarik itu, merupakan salah satu media pembelajaran yang memiliki banyak manfaat. Dongeng memberikan manfaat yang mungkin hanya sedikit kita dapatkan dari hal menarik lainnya. Woolfson (2009) mengemukakan bahwa “Hasil riset kami menunjukkan bahwa mendongeng merupakan aktivitas tradisional yang jitu bagi proses belajar dan melatih aspek emosional dalam kehidupan anak-anak,”.

Manfaat-manfaat dongeng

Pertama, dongeng dapat mempererat ikatan komunikasi antara pendengar dan pembaca. Apabila orang tua membacakan dongeng kepada anaknya, itu dapat mempererat komunikasi mereka. Karena pada saat itu perhatian anak hanya terfokus pada cerita yang dibacakan dan orang yang membacakan cerita tersebut. Selain itu, mendongeng adalah salah satu bentuk perhatian yang dapat diberikan orang tua terhadap anaknya. Beberapa menit yang sangat berharga untuk mempererat hubungan orang tua dan anaknya. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyadi (2006) bahwa “Besarkan anak dengan dongeng dan senyum”.
Kedua, dongeng dapat mengasah daya pikir dan imajinasi anak. Ketika mendengar atau membaca dongeng, anak akan memvisualisasikan cerita tersebut sesuai dengan imajinasinya. Mereka dapat menciptakan imajinasi yang luar biasa, mungkin lebih hebat daripada yang ditayangkan di televisi. Imajinasi adalah hal yang sangat penting. Mohammed Ali mengatakan “Orang yang tidak pernah menggunakan imajinasinya laksana burung tanpa sayap”. Bagaimana burung dapat terbang tanpa sayap? Begitu pula seorang anak. Dia tidak dapat berkembang dan meraih apa yang diharapkannya apabila dia tidak pernah memimpikannya. Ketika dia berimajinasi, dia juga akan berusaha untuk mewujudkan imajinasinya. Lama kelamaan anak dapat melatih kreativitas mereka dengan cara ini. Selain itu, anak dapat menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk terus berusaha menggapai impiannya.
Ketiga, dongeng merupakan media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika. Seperti kejujuran, kesetiakawanan, rendah hati, kerja keras dan kebiasaan lainnya yang dapat mereka temukan di kehidupan nyata. Dongeng juga dapat menumbuhkan empati pada diri anak. Mereka mengetahui bagaimana memahami perasaan orang lain, membedakan mana yang baik atau mana yang tidak baik, dan mereka dapat mempelajari norma-norma yang ada pada lingkungan masyarakat. Dengan cara ini, diharapkan anak lebih mudah memahami berbagai nilai. Karena dongeng tidak bersifat menggurui melainkan tokoh dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi teladan bagi anak.
Keempat, langkah awal menumbuhkan minat baca pada anak. Ketika mereka mulai tertarik mengetahui lebih banyak dongeng yang dibacakan orang lain kepada mereka, mereka akan tertarik untuk membaca cerita itu sendiri. Karena mereka tidak akan sabar menunggu orang lain membacakannya untuk mereka. Dongeng juga dapat menambah pembendaharaan kata pada anak, terutama anak-anak yang baru belajar membaca. Dalam sebuah kisah dongeng saja, itu dapat mengajarkan banyak kata pada anak-anak. Dengan cara yang mudah dipahami dan bersifat menghibur. Selain itu, dongeng dapat mengurangi trauma pada anak. Misalnya, pada anak-anak korban banjir, gempa, atau tsunami. Mereka biasanya menjadi murung dan pendiam. Oleh karena itu, dongeng merupakan salah satu cara yang efektif untuk anak tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Haris (2009, Kompas) bahwa:
Cara yang ampuh untuk menghilangkan kesedihan ataupun trauma pada anak adalah dengan mengajaknya bermain dan menceritakan hal-hal yang menyenangkan. Dongeng inilah diberikan untuk anak-anak korban gempa disejumlah tempat.

Menjadikan dongeng menarik

Dongeng merupakan hal yang sangat menarik apabila orang yang membacakan dongeng tersebut dapat membacakan dongeng sekreatif mungkin. Karena keberhasilan suatu dongeng, tergantung pada bagaimana pembaca mengisahkan dongeng tersebut agar tidak membosankan dan mudah dipahami anak-anak. Misalnya, ketika menceritakan dongeng, kita dapat menggunakan boneka tangan sebagai tokoh dalam dongeng. Kita juga dapat melibatkan pelajar dalam menceritakan dongeng di dalam kelas. Tokoh-tokoh dalam dongeng dapat diperankan oleh pelajar-pelajar tersebut. Kita juga dapat menyisipkan nyanyian dan tarian untuk meningkatkkan minat anak kepada dongeng. Selain itu, dongeng juga dapat dipentaskan oleh pelajar-pelajar di depan orang tua mereka dalam acara yang diadakan sekolah.

Apakah dongeng masih ada?

Sebenarnya dongeng tidak hilang secara keseluruhan. Beberapa orangtua tidak melupakan pentingnya dongeng bagi anak-anak mereka. Dongeng masih merupakan suatu hal yang sangat menarik Di beberapa negara, dongeng tetap menjadi favorit bagi anak-anak. Woolfson (2009) mengungkapkan bahwa “Sebuah survey yang dilakukan terhadap 500 anak usia 3-8 tahun di Inggris mengungkapkan, hampir 2/3 anak menginginkan orangtuanya membacakan cerita sebelum tidur, terutama cerita yang dibacakan ibunya ketimbang sang ayah”. Begitu pula di sekolah, masih banyak guru yang menjadikan dongeng sebagai salah satu media pembelajaran bagi anak didik mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa “Guru-guru hebat mengajar dengan dongeng”.

Kesimpulan

Keberadaan dongeng merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan anak. Selain sebagai hiburan, dongeng juga dapat membantu orang tua dan guru dalam membentuk kepribadian anak. Dongeng merupakan langkah awal agar anak gemar membaca dan salah satu wadah mengembangkan imajinasi anak yang menakjubkan. Bahkan dongeng dapat menjadi salah satu cara bagi kita dalam mangatasi trauma pada anak.

Referensi

Nurhidayat. 2005. Nasihat Tokoh-Tokoh Terkenal Dunia. Bandung: CV.NUANSA AULIA
Haris, Abdul. 2009. “Hilangkan Trauma Dengan Dongeng” [online]. Tersedia: www.fotodetik.com [27 Oktober 2009]
Woolfson, Richard. 2009. “Pentingnya Bertanya Pada Saat Mendongeng” [online]. Tersedia: www.lifestyle.okezone.com
Mulyadi, Seto. 2006. “Besarkan Anak Dengan Dongeng dan Senyum” [online]. Tersedia: www.antara.co.id
www.harian-aceh.com
www.wikipedia.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar