Selasa, 29 Desember 2009

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SEBAGAI PEMICU STRES PADA SISWA SEKOLAH DASAR

SITI SONARIAH
NIM 0902907 PGSD B

PENDAHULUAN
Pelaksanaan ujian akhir di berbagai tingkatan pendidikan setiap akhir tahun ajaran seringkali memunculkan pro-kontra, perdebatan dan kritik makin gencar. Kalangan masyarakat berpendapat, pemenuhan berbagai sarana dan prasana kebutuhan pendidikan tampaknya belum terlalu dihiraukan pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
Setiap menjelang ujian nasional para siswa dilanda stres yang luar biasa. Tidak hanya karena peningkatan aktivitas belajar, tetapi yang paling berat adalah beban psikologis yakni apakah mereka akan lulus atau tidak. Berbagai kalangan telah menyoroti dampak psikologis ujian akhir nasional, seperti menurut Syahril (2007), bahwa UAN merupakan peristiwa yang telah membuat tingginya tingkat stres. Siswa SD akan mengalami stres tingkat tinggi ketika menghadapi UAN sebab mereka belum ada pengalaman sebelumnya dan mungkin merupakan sesuatu yang sangat menegangkan bagi mereka, berbeda halnya dengan siswa SMP dan SMA yang mungkin akan mengalami stres juga tetapi tidak separah yang dialami oleh siswa SD.
Stres merupakan kondisi psikofisik yang ada dalam diri setiap orang. Akhirnya stres dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia, jabatan atau status sosial ekonomi. Stres bisa dialami oleh anak-anak, orang tua, guru maupun siswa. Bahkan mungkin stres dialami oleh makhluk hidup lainnya. Stres dapat berpengaruh positif juga negatif. Pengaruh positif yaitu mendorong individu untuk membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru, sedangkan pengaruh negatif yaitu menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri, marah, atau depresi. Kondisi jasmani agak mudah dideteksi, karena tampak oleh mata dan bisa dirasakan, sedangkan kesehatan rohani atau mental ada yang terasa tetapi banyak yang tidak menyadarinya seperti : cemas, khawatir, gelisah, frustasi, dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN
Dampak Ujian Nasional Terhadap Siswa Sekolah Dasar
Dalam keseharian kurikulum pendidikan di Indonesia memang “membiasakan” anak-anak dijejali dengan semua pelajaran. Sekolah umum memang begitu adanya. Semua anak diberikan berbagai mata pelajaran. Hal ini memang baik untuk memberi keluasan pengetahuan bagi anak didik. Namun, perlu dimengerti pula dampak negatif dibalik itu. Jejalan berbagai mata pelajaran bukan tidak mungkin membuat anak didik menjadi stres, bahkan malas sekolah.
Siswa SD yang akan menghadapi UAN cenderung memiliki rasa takut yang tinggi sebab mereka belum mempunyai pengalaman sebelumnya mengenai UAN tersebut, berbeda halnya dengan siswa SMP dan SMA yang sudah mengalaminya ketika mereka menduduki bangku Sekolah Dasar. Ujian standarisasi yang diasumsikan sebagai alat objektif ini bertujuan untuk mengukur kualitas pendidikan nasional serta menyaring siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi lagi, yang membedakan ujian akhir nasional dengan ujian yang lainnya yaitu digunakannya standar minimal nilai ujian sebagai salah satu penentu kelulusan siswa.
Dampak UAN tidak hanya dirasakan oleh siswa yang akan melaksanakannya tetapi juga menginfeksi pada orang tua siswa dan sekolahnya. Hal ini rupanya mendorong orang tua untuk mendaftarkan putra-putrinya ke tempat kursus atau les sepulangnya dari sekolah. Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih spesial, meski kadang diskriminatif dengan dibentuknya kelas-kelas khusus, pelajaran-pelajaran tambahan dan semuanya itu menambah ketegangan menjelang UAN.
Menurut Syahril (2007) “UN merupakan momok yang telah membuat tingginya tingkat stres”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa, tingginya tingkat stres merupakan bagian dari tekanan fisik dan mental yang sangat luar biasa yang dialami secara merata oleh semua orang yang menempuh pendidikan, terutama pada anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Oleh karena itu mereka membutuhkan dukungan atau motivasi terutama dari orang tua, teman, kerabat, dan lain sebagainya. Jangan sampai membiarkan seseorang mengalami stres yang berkepanjangan karena akan berakibat buruk. Misalnya dengan mengkonsumsi narkoba atau bahkan yang lebih parah lagi sampai melakukan bunuh diri akibat dari takutnya menghadapi UAN, sebaliknya pemberian curahan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian akan mengurangi atau meminimalkan rasa stres.
Menurut Howard Gardner (1980), Teori kecerdasan majemuk sama pentingnya dan telah terbukti dapat membawa kesuksesan. Ujian standarisasi seperti UAN hanya menitikberatkan pada kecerdasan linguistik dan logika matematika. Artinya, anak yang luar biasa jenius dibentuk kecerdasan lainnya akan terpinggirkan. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan nasional yang berkiblat pada ujian nasional tidak akan pernah membantu anak Indonesia menemukan potensi diri untuk menggapai cita-cita mereka yang sesungguhnya. Lebih parah lagi, rasa rendah diri menghinggapi ketika anak yang lulus sekolah dengan hasil UAN yang pas-pasan. Mereka dianggap tidak cerdas, dan masa depannya suram, lapangan pekerjaan pun sulit didapat, karena sekolah tidak sempat membekali mereka dengan keterampilan yang betul-betul dibutuhkan di dunia kerja. Bisa saja butuh waktu yang cukup lama untuk dapat memulihkan kepercayaan diri untuk mau menggali potensi diri yang sebenarnya sehingga akhirnya sukses dan bahagia.

Mangatasi Stres
Ada beberapa gejala yang bisa timbul pada anak ketika stres, antara lain : cemas, nyeri punggung, buang air berlebihan, depresi, letih yang luar biasa, sakit kepala, dan sakit perut.
Menurut Martin dan Leftcourt (Syamsu Yusuf, 1983 : 132), menyatakan bahwa “Humor dapat mengurangi dampak negatif stres”. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang senang humor (humoris) cenderung lebih toleran dalam menghadapi situasi stres, dari pada orang yang tidak senang humor, seperti orang yang bersikap kaku, pemurung atau pemarah. Selain itu pula orang yang suka humor, relatif dapat menghindari stres.

Di dalam kamus modern, humor didefinisikan sebagai “suatu kualitas dari kemampuan tertawa atau menggelikan (comical) atau sebagai “suatu keadaan pikiran, sikap pandang, suasana hati, semangat”. Humor kemudian mengalir; melibatkan karakteristik dasar ekspresi individu, emosi, dan semangat.


Stres telah diperlihatkan untuk menciptakan perubahan fisiologis yang tidak sehat. Hubungan antara stres dengan tekanan darah tinggi, ketegangan otot dan banyak lain perubahan yang telah dikenal selama bertahun-tahun. Riset modern menunjukkan bahwa tertawa menciptakan pengaruh sebaliknya. Humor muncul menjadi penawar racun yang sempurna untuk stres.


Di dalam bukunya “Stress Without Distress”, Selye memperjelas bahwa penafsiran stres seseorang tidak bergantung semata-mata pada suatu peristiwa eksternal, tetapi juga bergantung pada persepsi mereka atas suatu peristiwa dan makna yang mereka berikan bagaimana anda memperhatikan suatu situasi yang menentukan, jika seseorang akan meresponnya sebagai ancaman atau tantangan. Sebab orang yang berbeda juga merespon dengan cara yang berbeda untuk rangsangan lingkungan yang sama.


Pada dasarnya, tekanan batin atau stres itu merupakan pengrusakan tubuh. Ada beberapa macam tekanan batin yang memang wajar dan juga diperlukan bagi suatu kehidupan yang sehat. Tekanan batin yang wajar itu dapat membuat pikiran menjadi tangkas dan sistem peredaran darah berfungsi dengan baik. Olehnya juga, kita dipacu untuk berhasil dalam ujian.

Menurut Wiliam James (Syamsu Yusuf, 1983 : iv), menyatakan bahwa “Terapi terbaik bagi kegelisahan dan kecemasan mental adalah keimanan kepada Tuhan”. Kesimpulannya, ini berarti bahwa kualitas keimanan seseorang dapat diukur dari ibadahnya. Orang yang taat beribadah, maka ia akan menunjukkan sifat-sifat yang positif (berakhlak mulia) sehingga dia mampu mengelola kehidupannya, baik individu maupun sosial secara sehat, bermanfaat, serta mampu menyikapi stres secara positif.
Mengatasi stres dengan salat, tercantum dalam Q.S. Al-Ma’arij : 19-22, difirmankan : “Innal insana khuliqa halu’a, idza massahusysyarru jaza’u, waidza massahul khaira manu’a, illall mushalin” (Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat). Kesimpulannya adalah seorang muslim yang mengerjakan salat dan memahami ibadah tersebut akan dijamin Allah SWT kehidupannya bahagia, karena orang yang salat telah memiliki komitmen yang kuat untuk menerima secara ikhlas atau ridho terhadap semua ketentuan yang diberikan Allah kepadanya, dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan Allah.

PENUTUP
Tidak ada satu orang pun, termasuk anak-anak, yang dapat sepenuhnya melarikan diri dari keadaan yang sarat dengan tekanan batin atau stres itu. Kita dapat mengurangi sumber-sumber stres yang dapat menggerogoti keadaan mental anggota keluarga sampai pada tingkat yang masih dapat diatasi atau dikuasai, dan menolong mereka untuk mengendalikan akibat tekanan itu.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan UAN dalam format sekarang perlu direvisi, hal pertama untuk ditinjau ulang adalah penghapusan persyaratan nilai minimal hasil ujian sebagai syarat kelulusan. Selanjutnya perlu ditemukan cara penilaian akhir terhadap performa siswa yang lebih jujur, adil, dan dapat mengakomodasikan semua bentuk kecerdasannya. Proses dan hasil belajar semestinya mampu membuat siswa mengembangkan potensi diri mereka secara maksimal dan membantu mewujudkan cita-cita mereka yang sesungguhnya, tanpa adanya tekanan yang membuat mereka tidak putus asa.

Perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan UAN hendaknya sebatas untuk mengetahui peta kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui UAN dapat diketahui sejauh mana kurikulum secara nasional tercapai. Bukan menjadi penentu kelulusan siswa. Kualitas pembelajaran sebaiknya tidak dibebankan ke siswa dengan target nilai.


Selain itu, sangat “TIDAK ADIL” menentukan kelulusan anak didik hanya dengan waktu 3 atau 4 hari saja. Berbagai pengorbanan, moril maupun materiil, selama tiga tahun di tingkat SLTP atau SLTA, bahkan anak SD selama 6 tahun, tampaknya sia-sia ketika mereka gagal memperoleh nilai ujian nasional di atas standard nasional.

Referensi :
Bahtiar, Imam. 2007. Bagaimana Mengatasi Stres??? [online]. Tersedia.
http://imambahtiar.wordpress.com/2007/07/20/bagaimana-mengatasi-stres/

Dienim. 2008. Ujian Nasional : Meningkatkan Standard Lulusan VS Kebohongan Publik [online]. Tersedia. http://organisasi.org/ujian-nasional-meningkatkan-standard-lulusan-vs kebohongan-publik


Iwan. 2009. “Ujian Nasional dan Remaja Indonesia [online]. Tersedia.


http://www.Guru Iwan.multiply.com/journal”

Oeniyati, Yulia. 2009. Humor Bisa Menjadi Obat Stres [online]. Tersedia.
http://humor.sabda.org/humor_bisa_menjadi_obat_stres
Syamsu,Yusuf. 2009. Mental Hygiene: Terapi Psiko-spiritual untuk Hidup Sehat Berkualitas. Bandung : Maestro.
Suryadi, Andri. 2009. Kecemasan Pasca Ujian Nasional [online]. Tersedia.
http://www.Suara Pembaruan.com/news/2009/05/17/psikolog/psi 02.htm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar