DYAH SETIASTUTI
0902824, PGSD IB
Belajar adalah proses perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Sedangkan motivasi merupakan suatu dorongan atau upaya yang dapat membuat seseorang melakukan sesuatu. Dan pengajar merupakan seseorang yang memberikan pengajaran dan pengetahuan pada peserta didik. Pengajar sangat berpengaruh dalam proses belajar peserta didik. Pengajar di tuntut untuk bisa menjadi seorang motivator bagi peserta didiknya. Dari pernyataan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ada hubungan timbal balik antara proses belajar dengan motivasi belajar yang diciptakan oleh pengajar ketika berada di kelas.
Guru motivator peserta didik
Sardiman (1986) dalam Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (2007: 145) menyatakan, “peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa”. Hal ini dapat dikatakan bahwa guru merupakan seorang motivator yang sangat berpengaruh. Apalagi bagi seorang anak SD, guru dijadikan sebagai teladan dan sebagai panutan. Guru, seperti namanya, seharusnya dapat digugu dan ditiru oleh peserta didiknya. Karena setiap tingkah laku guru di sekolah pastilah menjadi pedoman dalam berperilaku oleh siswa-siswanya. Seorang guru bukan hanya mengajar, namun juga harus menjadi seorang pendidik. Terlebih lagi bagi seorang anak sekolah dasar, guru menjadi orang nomor satu di hati mereka dibanding orangtua mereka sekalipun. Setiap orang yang berkata suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang di katakan gurunya, ia akan membela gurunya dengan berkata “kata bu guru juga seperti ini“ atau “kata bu guru juga seperti itu”.
Hal ini menunjukkan bahwa guru benar-benar seseorang yang sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan kepribadian anak. Apa yang guru sampaikan dan lakukan akan menjadi sugesti tersendiri bagi peserta didiknya.
Peranan guru ialah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi pertama, ialah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul dari dalam peserta didik itu sendiri, misalnya ingin mendapat manfaat dari belajar, ingin mendapat penghargaan dari teman terutama dari guru, atau ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti "mampu berbuat". Motivasi kedua mengacu kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong munculnya gairah belajar, seperti lingkungan sosial yang membangun dalam kelompok, lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetisi, termasuk fasilitas belajar yang memadai dan membangkitkan minat.
Rendahnya motivasi belajar berhubungan erat dengan tiga komponen yaitu, guru, bidang studi dan lingkungan. Interaksi yang tidak baik dari 3 komponen tersebut dapat menyebabkan rendahnya motivasi belajar peserta didik. Guru merupakan komponen terpenting dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu menjadi motivator peserta didik dan memberi rangsangan kepada peserta didik untuk tertarik belajar baik di sekolah itu sendiri atau pun di rumah. Rangsangan yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, salah satunya dapat diwujudkan dari sikap saat guru mengajar, karena sikap saat guru mengajar terbukti sangat mempengaruhi pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran. Sikap guru yang dapat membantu pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran sangat bervariasi. Banyak peserta didik memilih sikap guru yang tidak mudah marah lebih membuat mereka paham akan pelajaran yang diajarkan. Hal ini dapat disebabkan karena dengan sikap tidak mudah marah akan tercipta iklim belajar yang santai, hangat, sehingga menimbulkan suasana hati yang tenang dan positif.
Guru yang mudah marah akan menciptakan suasana pembelajaran yang tegang, sehingga membuat peserta didik dalam keadaan stress. Jika peserta didik stress, informasi tidak akan pernah mencapai otak sehingga lebih sedikit informasi baru yang diterima oleh otak, dan belajar pun menjadi tidak efektif. Juga dapat dilihat sikap pendidik yang paling dominan dipilih peserta didik adalah ramah, suka bercanda, bisa diajak ngobrol tetapi serius. Sikap tersebut dapat membantu pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran karena selain dengan sifat tersebut dapat menciptakan suasana hati yang tenang dan positif, juga dengan sikap ramah, suka bercanda, bisa diajak ngobrol akan menyebabkan terbangunnya ikatan emosional antara guru dan peserta didik. Dengan adanya ikatan emosional, maka akan terbangun jembatan menuju kegairahan belajar serta, membuka jalan memasuki dunia baru peserta didik, memudahkan pengelolaan kelas dan memperpanjang waktu fokus sekaligus meningkatkan kegembiraan.
Seorang pendidik didalam melakukan pembelajaran akan mencapai hasil yang lebih tinggi jika mereka menyingkirkan segala ancaman dan selalu melibatkan emosi siswa dan membangun hubungan. Sikap suka bercanda dari seorang guru dapat menghindarkan anak dari rasa bosan, karena rasa bosan akan menyebabkan peserta didik berontak dan berulah sehingga merusak suasana belajar dan hal ini dapat menyebabkan terganggunya konsentrasi belajar. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa sikap guru akan menentukan motivasi belajar peserta didik yang secara otomatis meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang sedang dipelajari sehingga membantu dalam peningkatan daya serap.
Seorang guru yang professional harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan tindakan untuk mengembangkan minat dan motivasi peserta didik. Namun demikian bukan itu saja, melainkan guru juga dituntut untuk melakukan tindakan yang dapat membangkitkan minat dan motivasi peserta didiknya. Sardiman (1986) dalam Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (2007: 157) “Adapun tindakan yang dapat dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar menurut perilaku guru yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa antara lain : memberikan perhatian pada peserta didik, menerangkan bahan ajar dengan bahasa yang mudah dimengerti siswa, sering mengajukan pertanyaan hal-hal yang dilakukan pada anak diluar sekolah, mengatur suasana belajar agar lebih menyenangkan, dan meningkatkan kemampuan yang dapat menampilkan penguasaan pengetahuan.”
1. Memberikan perhatian pada peserta didik.
Perhatian yang dapat diberikan ke siswa tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah siswa saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh, saat ia dapat melakukan atau menjawab suatu pertanyaan dengan benar, dan lain-lain. Pujian selain merupakan perhatian langsung, juga menunjukkan penghargaan dan perhatian guru terhadap siswa. Siswa seringkali haus perhatian dan senang dipuji. Jadi jangan memberikan perhatian ketika siswa tidak mau belajar dengan cara marah-marah. Atau ketika belajar tanpa disuruh guru tidak memberikan komentar apapun, atau hanya komentar singkat tanpa kehangatan. Hal ini akan membuat peserta didik merasa tidak nyaman atau bahkan akan malas melakukan sebuah perubahan yang seperti kita harapkan. Akan lebih efektif perhatian guru diarahkan pada perilaku-perilaku yang baik. Pendidik dapat menunjukkan sikap memahami secara mendalam terhadap perasaan dan pengalaman peserta didik, khususnya yang menyangkut kelemahan maupun kekurangan dalam sikap dan kemampuan akademis.
2. Menerangkan bahan ajar dengan bahasa yang dimengerti siswa, bahwa belajar itu berguna. Bukan sekedar supaya raport tidak merah, tapi misalnya dengan mengatakan kalau anak-anak rajin belajar dan jadi pintar, nanti kalau sudah dewasa mampu membawa nama baik keluarganya, karena ia berprestasi akan kepintarannya.
3. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang dilakukan di luar sekolah pada anak (bukan dalam keadaan menginterograsi siswa, tapi misalnya sembari melihat pekerjaan siswa, ajak bicara tentang kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan di luar sekolah. Berikan komentar “hebat”, “wah bagus sekali kamu” atau lainya bila yang dilakukan siswa memang baik. Dan jangan lupa juga berikan komentar tentang solusi-solusi bila di dalam cerita anak terdapat masalah. Pendidik dapat memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang masih "kabur" atau kurang jelas, dengan bahasa dan sikap yang dapat dimengerti oleh peserta didik.
4. Mengatur suasana belajar agar lebih menyenangkan. Jika setiap kali pembicaraan mengenai pembelajaran berakhir dengan omelan-omelan, siswa akan mengasosiasikan suasana belajar sebagai hal yang tidak memberi perasaan menyenangkan pada siswa, dengan demikian guru yang terbiasa dengan omelan akan dihindari oleh siswa. Kita sebagai pendidik harus pandai mengatur suasana kelas agar lebih hidup dan menyenangkan. Mungkin kita dapat mengeluarkan sedikit guyonan-guyonan atau gurauan agar siswa tidak merasa bosan.
5. Meningkatkan kemampuan yang dapat menampilkan penguasaan pengetahuan. Untuk itu, pendidik harus banyak belajar dan terus belajar melalui berbagai media dan sumber yang terkait dengan bidangnya. Seorang guru yang ahli di bidangnya tidaklah berarti terbebas dari kesalahan, kekurangan, atau kekeliruan. Kesalahan dapat saja terjadi, karena manusia tidak pernah tidak lupa. Namun, janganlah sampai frekuensi kesalahannya sangat menonjol dalam interaksi dengan peserta didiknya. Hal demikian akan melemahkan kepercayaan mereka terhadap sang guru.
Dari uraian diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa guru selain berperan sebagai pengajar dan pendidik, juga bertugas menjadi seorang motivator bagi peserta didiknya. Apalagi bagi anak yang masih belajar di sekolah dasar, guru merupakan seseorang yang benar-benar berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku mereka. Guru harus dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didiknya melalui beberapa sikap yang tercantum diatas. Sikap-sikap tersebut sangat diperlukan dalam proses menumbuh kembangkan motivasi belajar peserta didik.
REFERENSI
A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rabu, 02 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar