IKE NURHAYATI
NIM O902841, KELAS IB
PENDAHULUAN
Setiap siswa memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, karena salah satu karakteristik manusia adalah unik (adanya perbedaan) di samping persamaannya. Perbedaan tersebut antara lain: kecerdasan,sikap, kemampuan, latar belakang kehidupan, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan dalam proses belajar pada setiap siswa, baik dalam kecepatan belajar maupun keberhasilan yang dicapai. Oleh karena itu, sebgai pendidik yang baik dituntut untuk memahami perbedaan-perbedaan tersebut. Pada artikel ini akan dipaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajaar, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Selanjutnya akan dibahas pengertian motivasi menurut para ahli, yaitu Michel J. Jucius, Dede Permadi, dan Ngalim Purwanti. Selain itu, akan dibahas pula bagaimana cara membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
ISI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siswa dalam Belajar
Dalam kesehariannnya, siswa tidak pernah lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Secara umum, menurut Slameto dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya terdapat 2 faktor, yaitu:
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal dibedakan lagi menjadi dua, yaitu faktor jasmaniah dan faktor psikologis (rohaniah). Faktor jasmaniah contohnya adalah kesehatan. Apabila tubuh siswa sehat, maka siswa cenderung untuk semanagat belajar. Berbeda halnya jika siswa sedang tidak enak badan/sakit. Jika siswa sedang sakit untuk melakukan aktivitas apapun tidak enak, apalagi untuk belajar. Faktor psikologis juga mempengaruhi siswa untuk belajar, contohnya adalah kecerdasan, motivasi, kesenangan siswa, dan lain-lain.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor tersebut berupa lingkungan sosial yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, guru, teman-teman, gedung sekolah, dan lain-lain. Lingkungan sosial sosial yang sangat berpengaruh adalah lingkungn keluarga. Mengapa demikian? Hal ini karena lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama siswa dilahirkan dan dibesarkan. Baik buruknya siswa tergantung bagaimana keluarga mendidiknya. Contohnya siswa yang lahir dalam kelurga yang harmonis cenderung lebih semangat dan pintar daripada siswa yang lahir dalam keluarga yang broken home. Ini terjadi karena siswa yang terlahir dari keluarga harmonis akan lebih termotivasi oleh orang tuanya untuk belajar lebih baik, sedangkan anak yang berasal dari keluarga broken home cenderung kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, apalagi motivasi. Namun tidak semuanya siswa tersebut kurang pintar. Adakalanya sebaliknya, sswa tersebut ingin membuktikan kepada keluarganya meskipun orang tuanya kurang perhatian siswa tersebut dapat berprestasi.
Faktor eksternal lainnya adalah guru dan teman-teman sebaya. Guru yang menjadi suri tauladan (panutan) siswanya akan menjadi daya dorong positif bagi siswa tersebut. Begitu pula dengan teman-teman sebayanya. Apabila siswa tersebut bergaul dengan teman-teman yang pandai, maka akan terbawa pandai. Sebaliknya, jika siswa tersebut bergaul sengan teman-teman yang malas, maka akan ikut terbawa malas.
Faktor yang tak kalah penting lainnya adalah fasilitas belajar. Dengan fasilitas belajar yang baik, siswa akan terdorong untuk beljar dengan baik sehingga mendapat pengetahuan yang banyak. Contoh nyata dalam hal ini adalah adanya perbedaan pengetahuan antara siswa yang belajar di kota dengan siswa yang belajar di desa. Siswa yang belajar di kota pegetahuannya cenderung lebih banyak karena mereka didukung oleh fasilitas yang memadai seperti komputer, internet, dan lain-lain. Sedangkan di desa fasilitas yang mereka dapatkan hanya seadanya.
Sering orang beranggapan bahwa lamanya waktu belajar yang ditempuh siswa akan mepengaruhi prestasi siswa. Semakin lama siswa belajar, maka semakin baik prestasi yang akan diperoleh siswa tersebut. Padahal yang sebenarnya adalah belajar bukan tergantung lamanya waktu yang ditempuh, melinkan kesiapan memori (ingatan) siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan informasi yang dipelajari siswa.
Pengertian Motivasi
Michel J. Jucius dalam Onong Uchjana Efendy (1993:69-70) mennyatakan bahwa motiavasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Dari pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa motivasi merupakan dasar untuk seseorang bertindak. Motivasi berasal bukan hanya dari dalam diri (intrinsik) melinkan juga dari luar orang tersebut. Terbukti dengan adannya kata memberikan dorongan kepada seseorang.
Menurut Dadi Permadi (2000:72) motivasi adalah doronngan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif. Berdasarkan pernyataan ini kita ketahui terdapat perbedaan antaara Jucius dengan Permadi dalam hal asalnya motivasi itu datang. Kalau menurut Permadi, motivasi hanya berasal dari dalam diri siswa, sedangkan hal-hal yang berasal dari luar diri siswa tidak mempengaruhi.
Menurut Ngalim Purwanto (2004:64-65) apa saja yang diperbuat manusia yang penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motif tertentu sebagai dorongan Ia melakukan tindakan tersebut. Adi, setiap kegiatan yang dilakukan indiviu baik kegiatan yang positif/baik maupun kegiatan yang negatif/buruk selalu ada dorongan yang mendasarinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, motivasi dapat disimpulkan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.
Cara Mengembangkan Motivasi Belajar Siswa
Menurut Paciorek (1997), cara mengembangkan motivasi siswa yang umumnya dilakukan oleh guru ada dua macam, yaitu:
1. Memberikan hadiah (reward)
Siswa akan merasa senang apabila diberi hadiah oleh orang lain, meskipun hadiah yang diberi bukan hanya barang, melinkan dengan pujian. Siswa akan merasa dihargai oleh gurunya tersebut. Hadaiah alangkah baiknya diberikan bukan sekedar kepada siswa yang berprestasi, tetapi bisa juga diberikan kepada siswa yang melakukan perbuatan baik, datang tepat waktu ke sekolah, mengerjakan PR, dan sebagainya. Kepada siswa tersebut guru harus memberikan pujian agar Ia mempertahankan kelakuannya, dan siswa-siswa yang lain dapat meniru kelakuan siswa tersebut.
2. Memberikan hukuman (punisment)
Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya siswa melakukan perbuatan yang tidak kita harapkan. Misalnya siswa yang suka menyontek, siswa yang tidak mengerjakan PR, siswa yang selalu datang terlambat, dan lain-lain. Untuk mengatasi tindakan tesebut, guru harus memberikan hukuman kepada siswa tersebut. Hukuman di sini dalam artian hukuman yang mendidik, bukan hukuman yang menjadikan siswa trauma untuk belajar. Tetapi hukuman di sini dimaksudkan untuk memberi peljaran agar siswa tidak melakukan tindakan itu lagi dan melakukan tindakan yang lebih baik. Dengan demikian hukuman dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
KESIMPULAN
Motivasi meeupakan faktor yang sangat penting, tanpa adanya motivasi ibarat raga tak bernyawa. Begitu pula dalam belajar. Tanpa adanya motivasi, sebagaimanapun siswa belajar, tidak akan mempengaruhi/meningkatkan prestasi siswa. Karena dengan adanya motivasi yang tumbuh dalam diri merupakan modal penggerak utama manusia. Oleh karena itu, sebagai pendidik yang baik, penting untuk mengetahui dan menerapkan cara-cara untuk membangkitkan motivasi siswanya, baik dalam hal belajar maupun dalam keseharian lainnya sehingga siswa akan mendapatkan prestasi yang semaksimal mungkin.
REFERENSI
Rakhmat, Cece, dkk. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung:UPI Press.
Achmad, Arif. 2009. ”Membangun Motivasi Belajar Siswa”. [online]. Trsedia: http://reseacrhengines.com. [28Oktober 2009].
Munawar, Indra. 2009. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa dalam Belajar”. [online]. Tersedia: http//www.indramunawar.blogspot.com. [11 November 2009].
Jamridafrizal. 2009. ”Penerapan Hukuman dan Pemberian Hadiah”. [online]. Tersedia: http// www.scribd.com. [11 November 2009].
NIM O902841, KELAS IB
PENDAHULUAN
Setiap siswa memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, karena salah satu karakteristik manusia adalah unik (adanya perbedaan) di samping persamaannya. Perbedaan tersebut antara lain: kecerdasan,sikap, kemampuan, latar belakang kehidupan, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan dalam proses belajar pada setiap siswa, baik dalam kecepatan belajar maupun keberhasilan yang dicapai. Oleh karena itu, sebgai pendidik yang baik dituntut untuk memahami perbedaan-perbedaan tersebut. Pada artikel ini akan dipaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajaar, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Selanjutnya akan dibahas pengertian motivasi menurut para ahli, yaitu Michel J. Jucius, Dede Permadi, dan Ngalim Purwanti. Selain itu, akan dibahas pula bagaimana cara membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
ISI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siswa dalam Belajar
Dalam kesehariannnya, siswa tidak pernah lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Secara umum, menurut Slameto dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya terdapat 2 faktor, yaitu:
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal dibedakan lagi menjadi dua, yaitu faktor jasmaniah dan faktor psikologis (rohaniah). Faktor jasmaniah contohnya adalah kesehatan. Apabila tubuh siswa sehat, maka siswa cenderung untuk semanagat belajar. Berbeda halnya jika siswa sedang tidak enak badan/sakit. Jika siswa sedang sakit untuk melakukan aktivitas apapun tidak enak, apalagi untuk belajar. Faktor psikologis juga mempengaruhi siswa untuk belajar, contohnya adalah kecerdasan, motivasi, kesenangan siswa, dan lain-lain.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor tersebut berupa lingkungan sosial yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, guru, teman-teman, gedung sekolah, dan lain-lain. Lingkungan sosial sosial yang sangat berpengaruh adalah lingkungn keluarga. Mengapa demikian? Hal ini karena lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama siswa dilahirkan dan dibesarkan. Baik buruknya siswa tergantung bagaimana keluarga mendidiknya. Contohnya siswa yang lahir dalam kelurga yang harmonis cenderung lebih semangat dan pintar daripada siswa yang lahir dalam keluarga yang broken home. Ini terjadi karena siswa yang terlahir dari keluarga harmonis akan lebih termotivasi oleh orang tuanya untuk belajar lebih baik, sedangkan anak yang berasal dari keluarga broken home cenderung kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, apalagi motivasi. Namun tidak semuanya siswa tersebut kurang pintar. Adakalanya sebaliknya, sswa tersebut ingin membuktikan kepada keluarganya meskipun orang tuanya kurang perhatian siswa tersebut dapat berprestasi.
Faktor eksternal lainnya adalah guru dan teman-teman sebaya. Guru yang menjadi suri tauladan (panutan) siswanya akan menjadi daya dorong positif bagi siswa tersebut. Begitu pula dengan teman-teman sebayanya. Apabila siswa tersebut bergaul dengan teman-teman yang pandai, maka akan terbawa pandai. Sebaliknya, jika siswa tersebut bergaul sengan teman-teman yang malas, maka akan ikut terbawa malas.
Faktor yang tak kalah penting lainnya adalah fasilitas belajar. Dengan fasilitas belajar yang baik, siswa akan terdorong untuk beljar dengan baik sehingga mendapat pengetahuan yang banyak. Contoh nyata dalam hal ini adalah adanya perbedaan pengetahuan antara siswa yang belajar di kota dengan siswa yang belajar di desa. Siswa yang belajar di kota pegetahuannya cenderung lebih banyak karena mereka didukung oleh fasilitas yang memadai seperti komputer, internet, dan lain-lain. Sedangkan di desa fasilitas yang mereka dapatkan hanya seadanya.
Sering orang beranggapan bahwa lamanya waktu belajar yang ditempuh siswa akan mepengaruhi prestasi siswa. Semakin lama siswa belajar, maka semakin baik prestasi yang akan diperoleh siswa tersebut. Padahal yang sebenarnya adalah belajar bukan tergantung lamanya waktu yang ditempuh, melinkan kesiapan memori (ingatan) siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan informasi yang dipelajari siswa.
Pengertian Motivasi
Michel J. Jucius dalam Onong Uchjana Efendy (1993:69-70) mennyatakan bahwa motiavasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Dari pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa motivasi merupakan dasar untuk seseorang bertindak. Motivasi berasal bukan hanya dari dalam diri (intrinsik) melinkan juga dari luar orang tersebut. Terbukti dengan adannya kata memberikan dorongan kepada seseorang.
Menurut Dadi Permadi (2000:72) motivasi adalah doronngan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif. Berdasarkan pernyataan ini kita ketahui terdapat perbedaan antaara Jucius dengan Permadi dalam hal asalnya motivasi itu datang. Kalau menurut Permadi, motivasi hanya berasal dari dalam diri siswa, sedangkan hal-hal yang berasal dari luar diri siswa tidak mempengaruhi.
Menurut Ngalim Purwanto (2004:64-65) apa saja yang diperbuat manusia yang penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motif tertentu sebagai dorongan Ia melakukan tindakan tersebut. Adi, setiap kegiatan yang dilakukan indiviu baik kegiatan yang positif/baik maupun kegiatan yang negatif/buruk selalu ada dorongan yang mendasarinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, motivasi dapat disimpulkan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.
Cara Mengembangkan Motivasi Belajar Siswa
Menurut Paciorek (1997), cara mengembangkan motivasi siswa yang umumnya dilakukan oleh guru ada dua macam, yaitu:
1. Memberikan hadiah (reward)
Siswa akan merasa senang apabila diberi hadiah oleh orang lain, meskipun hadiah yang diberi bukan hanya barang, melinkan dengan pujian. Siswa akan merasa dihargai oleh gurunya tersebut. Hadaiah alangkah baiknya diberikan bukan sekedar kepada siswa yang berprestasi, tetapi bisa juga diberikan kepada siswa yang melakukan perbuatan baik, datang tepat waktu ke sekolah, mengerjakan PR, dan sebagainya. Kepada siswa tersebut guru harus memberikan pujian agar Ia mempertahankan kelakuannya, dan siswa-siswa yang lain dapat meniru kelakuan siswa tersebut.
2. Memberikan hukuman (punisment)
Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya siswa melakukan perbuatan yang tidak kita harapkan. Misalnya siswa yang suka menyontek, siswa yang tidak mengerjakan PR, siswa yang selalu datang terlambat, dan lain-lain. Untuk mengatasi tindakan tesebut, guru harus memberikan hukuman kepada siswa tersebut. Hukuman di sini dalam artian hukuman yang mendidik, bukan hukuman yang menjadikan siswa trauma untuk belajar. Tetapi hukuman di sini dimaksudkan untuk memberi peljaran agar siswa tidak melakukan tindakan itu lagi dan melakukan tindakan yang lebih baik. Dengan demikian hukuman dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
KESIMPULAN
Motivasi meeupakan faktor yang sangat penting, tanpa adanya motivasi ibarat raga tak bernyawa. Begitu pula dalam belajar. Tanpa adanya motivasi, sebagaimanapun siswa belajar, tidak akan mempengaruhi/meningkatkan prestasi siswa. Karena dengan adanya motivasi yang tumbuh dalam diri merupakan modal penggerak utama manusia. Oleh karena itu, sebagai pendidik yang baik, penting untuk mengetahui dan menerapkan cara-cara untuk membangkitkan motivasi siswanya, baik dalam hal belajar maupun dalam keseharian lainnya sehingga siswa akan mendapatkan prestasi yang semaksimal mungkin.
REFERENSI
Rakhmat, Cece, dkk. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung:UPI Press.
Achmad, Arif. 2009. ”Membangun Motivasi Belajar Siswa”. [online]. Trsedia: http://reseacrhengines.com. [28Oktober 2009].
Munawar, Indra. 2009. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa dalam Belajar”. [online]. Tersedia: http//www.indramunawar.blogspot.com. [11 November 2009].
Jamridafrizal. 2009. ”Penerapan Hukuman dan Pemberian Hadiah”. [online]. Tersedia: http// www.scribd.com. [11 November 2009].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar