Nama : Irvan Rizqian
Nim. 0903996, PGSD 1B
Pendahuluan
Pendidikan anak di jaman modern ini tidaklah mudah. Di satu sisi jaman ini memberikan berbagai banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak kita memperoleh fasilitas yang serba “canggih” dan “wah”. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP, camera, dan berbagai peralatan yang amat jauh dengan jaman dulu yang dikenal dengan istilah“ aku si anak singkong”. Kemajuan yang demikian cepat juga ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya informasi negatif melalui media masa yang sulit untuk dihindari. Misalnya: porno, kekerasan, konsumer-isme, takhayul, klenik dan kemusyrikan melalui berbagai media informasi seperti internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya jika media-media tersebut dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya, maka media itupun akan memberikan manfaat yang sangat banyak, penciptaan media tersebut diperuntukkan sebagai alat yang dapat berguna bagi manusia. Tapi dengan adanya pengaruh-pengaruh dari beberapa faktor termasuk faktor lingkungan, maka media tersebut dapat disalah gunakan.
Berbagai kenyataan modernitas dan ketersediaan tersebut faktanya tidak sulit bahkan setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia informasi. Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba sebagai akibat “rayuan maut” publikasi yang memang dirancang secara apik dan rapih oleh para ahli komunikasi dengan biaya yang mahal dan dengan dampak meluas dan mendalam. Dapat dikatakan informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir daripada sarapan pagi kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua.
Isi
Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
Lingkungan keluarga dan masyarakat bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Sebagaian ahli menyebutnya bahwa Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak. Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah ini diperlukan pendidikan dari keluarga. Syaiful Bahri (2004 : 2) menyatakan “Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlansung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggungjawab dalam mendidik anak dalam keluarga. Dengan mengacu pada pengertian tersebut, maka jelaslah bahwa orang tua tidak bisa lari tanggung jawab yang harus mereka kerjakan. Karena pada dasarnya, anak sangat membutuhkan pengajaran dan kasih sayang dari orang tuanya masing-masing.
Lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat, atau lingkungan pergaulan anak. Secara umum anak-anak Indonesia merupakan anak “kampung” atau anak yang selalu berinteraksi dengan teman-temannya. Berbeda dengan anak kota yang sudah sejak dini terasing dari pergaulana karena berada di lingkungan kompleks yang individualistik. Suharsini Arikunto (1993 : 63) mengemukakan “Pada tahun-tahun pertama perkembangan anak diwarnai dengan kegiatan bersosialisasi dengan lingkungan sehingga pengetahuan dan perasaannya dapat berkembang. Pada tahun-tahun awal tersebut, anak banyak berinteraksi dengan lingkungannya terutama dengan lingkungamn keluarga. Anak banyak meniru segala kelakuan yang dilakukan oleh anggota keluarganya terutama orang tuanya.
Pengaruh negatif
Sulit untuk dipisahkan apakah karena kondisi keluarga atau lingkungan sebaya dan pergaulan. Namun sebaiknya para orang tua perlu meng-antisipasi beberapa indikasi negatif berikut ini:
(1) Apabila acara TV telah menyedot perhatian anak pada jam-jam efektif belajar.
(2) Anak mulai menyukai kegiatan luar rumah pada jam-jam belajar di rumah dan mengalih-kan pada kegiatan non-belajar, seperti: jalan-jalan ke mall, play station, dan tempat nongkrong lain.
(3) Anak-anak merasa kesulitan menghafal atau mengerjakan PR secara terus menerus tetapi merasa ketagihan untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pencerdasan diri
Pendidikan Bagi Anak
Menurut Syaiful Bahri (2004 : 2), pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. Pada jaman yang modern ini, banyak sekali pengaruh negatif terhadap pendidikan anak termasuk pengaruh laingkungan. Dengan sitem pengaruh lingkungan seperti sekarang ini, cukup sulit bagi keluarga jaman ini untuk hanya menekankan pendidikan di salah satu lini saja. Sehebat apapun keluarga menyusun sistem pertahanan diri, anak-anak tetap akan menajdi santapan dunia yang serba modern. Kalau tidak sekarang ya akhirnya akan bersentuhan juga. Menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah juga bukan segala-galanya. Jaman ini amat sulit mencari pendidikan yang “kaffah lahir dan bathin” serta terjangkau biayanya oleh kebanyakan orang tua. Selain dapat dilakukan di sekolah, pendidikan bagi anak juga dapat dilakukan di rumah. Karena sebenarnya, anak lebih lama berada di rumah jika di bandingkan dengan di sekolah. Pendidikan tersebut dapat diberikan melalui pengajaran langsung seperti di sekolah atau melalui tindakan–tindakan yang dilakukan oleh orang tua, sehingga anak dapat mengambil pelajaran dan meniru semua perbuatan baik yang dilakukan orang tuanya. Semua usaha tersebut semata-mata ditujukan untuk mengontrol semua perkembangan anak, karena di jaman yang modern inibanyak sekali pengaruh negatif yang dapat menghawatirkan orang tua.
Namun berdasarkan kekhawatiran tersebut, kini mulai muncul berbagai pendidikan alternatif yang bisa dipilih. Namun tetap harus menekankan bahwa pendidikan keluarga adalah inti dan sekolah adalah komplemen pelengkap. Beberapa pilihan cerdas tersebut dapat berupa:
(1) Sekolah fullday yang mengintegrasikan pendidikan agama dan pendidikan sains dalam lingkungan terkontrol dan terarah dengan nilai-nilai modernitas dan islami.
(2) Sekolah biasa yang bermutu dengan kontrol yang ketat dalam masalah akhlak dan perilaku dengan memberikan penguatan berupa kursus-kursus dan materi tambahan yang dapat memberikan keunggulan.
(3) Sekolah pesantren dengan menambah penguatan pada aspek sains dan ketrampilan.
Penutup
Tantangan terbesar dalam pendidikan anak jaman ini adalah informasi yang rusak dan pengaruh buruk yang diciptakan oleh lingkungan modernitas yang tidak berbasis agama.Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi keluarga mereka benar-benar aman, nyaman bagi anak-anak mereka. Rumah adalah surga bagi anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja tercukupi lahir dan bathinnya. Padahal mana ada surga yang dibangun di atas keserbakekurangan iman, ilmu dan amal sholeh.
Tugas masyarakat adalah bagaimana menjadi-kan dirinya aman bagi generasi mereka sendiri. Kini yang terjadi kita semua mencemaskan lingkungan kita sendiri. Bahkan kita hampir-hampir tak percaya dengan sekolah kita bahwa mereka mampu menjadi daerah yang aman bagi anak-anak kita. Tugas besar ini memang mirip dengan tugas kenabian :
”Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al Kitab dan hikmah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (QS. Al Baqarah:151).
Tetapi bukanklah Allah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menyiapkan generasi yang terbaik untuk setiap jamannya. Jadi, sebagai orang dewasa kita wajib untuk memberikan contoh kepada anak-anak.
Referensi :
Bahri,Syaiful.2004.Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Kelurga.
Banjarmasin:Rineka Cipta .
Baron,Robert.2003.Psikologi Sosial.Jakarta:Erlangga.
Nim. 0903996, PGSD 1B
Pendahuluan
Pendidikan anak di jaman modern ini tidaklah mudah. Di satu sisi jaman ini memberikan berbagai banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak kita memperoleh fasilitas yang serba “canggih” dan “wah”. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP, camera, dan berbagai peralatan yang amat jauh dengan jaman dulu yang dikenal dengan istilah“ aku si anak singkong”. Kemajuan yang demikian cepat juga ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya informasi negatif melalui media masa yang sulit untuk dihindari. Misalnya: porno, kekerasan, konsumer-isme, takhayul, klenik dan kemusyrikan melalui berbagai media informasi seperti internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya jika media-media tersebut dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya, maka media itupun akan memberikan manfaat yang sangat banyak, penciptaan media tersebut diperuntukkan sebagai alat yang dapat berguna bagi manusia. Tapi dengan adanya pengaruh-pengaruh dari beberapa faktor termasuk faktor lingkungan, maka media tersebut dapat disalah gunakan.
Berbagai kenyataan modernitas dan ketersediaan tersebut faktanya tidak sulit bahkan setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia informasi. Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba sebagai akibat “rayuan maut” publikasi yang memang dirancang secara apik dan rapih oleh para ahli komunikasi dengan biaya yang mahal dan dengan dampak meluas dan mendalam. Dapat dikatakan informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir daripada sarapan pagi kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua.
Isi
Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
Lingkungan keluarga dan masyarakat bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Sebagaian ahli menyebutnya bahwa Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak. Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah ini diperlukan pendidikan dari keluarga. Syaiful Bahri (2004 : 2) menyatakan “Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlansung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggungjawab dalam mendidik anak dalam keluarga. Dengan mengacu pada pengertian tersebut, maka jelaslah bahwa orang tua tidak bisa lari tanggung jawab yang harus mereka kerjakan. Karena pada dasarnya, anak sangat membutuhkan pengajaran dan kasih sayang dari orang tuanya masing-masing.
Lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat, atau lingkungan pergaulan anak. Secara umum anak-anak Indonesia merupakan anak “kampung” atau anak yang selalu berinteraksi dengan teman-temannya. Berbeda dengan anak kota yang sudah sejak dini terasing dari pergaulana karena berada di lingkungan kompleks yang individualistik. Suharsini Arikunto (1993 : 63) mengemukakan “Pada tahun-tahun pertama perkembangan anak diwarnai dengan kegiatan bersosialisasi dengan lingkungan sehingga pengetahuan dan perasaannya dapat berkembang. Pada tahun-tahun awal tersebut, anak banyak berinteraksi dengan lingkungannya terutama dengan lingkungamn keluarga. Anak banyak meniru segala kelakuan yang dilakukan oleh anggota keluarganya terutama orang tuanya.
Pengaruh negatif
Sulit untuk dipisahkan apakah karena kondisi keluarga atau lingkungan sebaya dan pergaulan. Namun sebaiknya para orang tua perlu meng-antisipasi beberapa indikasi negatif berikut ini:
(1) Apabila acara TV telah menyedot perhatian anak pada jam-jam efektif belajar.
(2) Anak mulai menyukai kegiatan luar rumah pada jam-jam belajar di rumah dan mengalih-kan pada kegiatan non-belajar, seperti: jalan-jalan ke mall, play station, dan tempat nongkrong lain.
(3) Anak-anak merasa kesulitan menghafal atau mengerjakan PR secara terus menerus tetapi merasa ketagihan untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pencerdasan diri
Pendidikan Bagi Anak
Menurut Syaiful Bahri (2004 : 2), pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. Pada jaman yang modern ini, banyak sekali pengaruh negatif terhadap pendidikan anak termasuk pengaruh laingkungan. Dengan sitem pengaruh lingkungan seperti sekarang ini, cukup sulit bagi keluarga jaman ini untuk hanya menekankan pendidikan di salah satu lini saja. Sehebat apapun keluarga menyusun sistem pertahanan diri, anak-anak tetap akan menajdi santapan dunia yang serba modern. Kalau tidak sekarang ya akhirnya akan bersentuhan juga. Menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah juga bukan segala-galanya. Jaman ini amat sulit mencari pendidikan yang “kaffah lahir dan bathin” serta terjangkau biayanya oleh kebanyakan orang tua. Selain dapat dilakukan di sekolah, pendidikan bagi anak juga dapat dilakukan di rumah. Karena sebenarnya, anak lebih lama berada di rumah jika di bandingkan dengan di sekolah. Pendidikan tersebut dapat diberikan melalui pengajaran langsung seperti di sekolah atau melalui tindakan–tindakan yang dilakukan oleh orang tua, sehingga anak dapat mengambil pelajaran dan meniru semua perbuatan baik yang dilakukan orang tuanya. Semua usaha tersebut semata-mata ditujukan untuk mengontrol semua perkembangan anak, karena di jaman yang modern inibanyak sekali pengaruh negatif yang dapat menghawatirkan orang tua.
Namun berdasarkan kekhawatiran tersebut, kini mulai muncul berbagai pendidikan alternatif yang bisa dipilih. Namun tetap harus menekankan bahwa pendidikan keluarga adalah inti dan sekolah adalah komplemen pelengkap. Beberapa pilihan cerdas tersebut dapat berupa:
(1) Sekolah fullday yang mengintegrasikan pendidikan agama dan pendidikan sains dalam lingkungan terkontrol dan terarah dengan nilai-nilai modernitas dan islami.
(2) Sekolah biasa yang bermutu dengan kontrol yang ketat dalam masalah akhlak dan perilaku dengan memberikan penguatan berupa kursus-kursus dan materi tambahan yang dapat memberikan keunggulan.
(3) Sekolah pesantren dengan menambah penguatan pada aspek sains dan ketrampilan.
Penutup
Tantangan terbesar dalam pendidikan anak jaman ini adalah informasi yang rusak dan pengaruh buruk yang diciptakan oleh lingkungan modernitas yang tidak berbasis agama.Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi keluarga mereka benar-benar aman, nyaman bagi anak-anak mereka. Rumah adalah surga bagi anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja tercukupi lahir dan bathinnya. Padahal mana ada surga yang dibangun di atas keserbakekurangan iman, ilmu dan amal sholeh.
Tugas masyarakat adalah bagaimana menjadi-kan dirinya aman bagi generasi mereka sendiri. Kini yang terjadi kita semua mencemaskan lingkungan kita sendiri. Bahkan kita hampir-hampir tak percaya dengan sekolah kita bahwa mereka mampu menjadi daerah yang aman bagi anak-anak kita. Tugas besar ini memang mirip dengan tugas kenabian :
”Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al Kitab dan hikmah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (QS. Al Baqarah:151).
Tetapi bukanklah Allah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menyiapkan generasi yang terbaik untuk setiap jamannya. Jadi, sebagai orang dewasa kita wajib untuk memberikan contoh kepada anak-anak.
Referensi :
Bahri,Syaiful.2004.Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Kelurga.
Banjarmasin:Rineka Cipta .
Baron,Robert.2003.Psikologi Sosial.Jakarta:Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar