Selasa, 19 Januari 2010

MENYELAMATKAN ANAK JALANAN DENGAN PENDIDIKAN

Nama : Maulana Malik Ibrohim
NIM : 0902888, PGSD 1 B
A. Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia, perhatian kita banyak terhadap kehidupan anak-anak yang memprihatinkan. Hal ini didorong oleh rasa kemanusiaan dan kondisi anak yang makin terpuruk. Kini, sosok anak-anak di Indonesia tampil dalam kehidupan yang kian tak menggembirakan. Hal itu tampak dari kian meningkatnya jumlah anak jalanan dan diantara mereka adalah anak sekolah khusunya anak sekolah dasar. Hal itu bisa jadi disebabkan oleh faktor krisis ekonomi yang melanda bangsa kita akhir-akhir ini. Dan coba kita bayangkan dampak yang timbul dari hal diatas ! Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan psikologi dan moral si anak, mereka akan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Tetapi mereka dapat kita selamatkan selaku factor lingkungan yaitu dengan memberikan pendidikan kepada mereka.
B. Isi
Anak jalanan, pada hakikatnya, adalah "anak-anak", sama dengan anak-anak lainnya yang bukan anak jalanan. Mereka membutuhkan pendidikan. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka. Sebab, anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa. Kita tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen pendidikan. Tanpa kasih, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa cinta menjadi kering tak menarik. Dalam mendidik anak, ibu dan ayah harus sepaham. Mereka harus bertindak sebagai sahabat anak, kompak dengan guru, sabar sebagai benteng perlindungan bagi anak, menjadi teladan, rajin bercerita, memilihkan mainan, melatih disiplin, mengajari bekerja, dan meluruskan sifat buruk anaknya (misalnya : berkata kotor, berkelahi, suka melawan, pelanggaran sengaja, mengamuk, keras kepala, selalu menolak, penakut, manja, nakal).
Anak jalanan adalah anak yang terkategori tak berdaya. Mereka merupakan korban berbagai penyimpangan, ataupun korban kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Untuk itu, mereka perlu diberdayakan melalui rumah singgah, panti social dan pendidikan luar sekolah. Keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa.

Disamping itu tidak sedikit anak jalanan yang terjerumus pengaruh narkotika dan hal-hal semacamnya. Dilihat dari data BNN sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup). Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia). Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (lihat data narkoba BNN 2007) khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak.

Tidak ada kata terlambat, hal tersebut juga berlaku untuk menyelamatkan anak jalanan. Salah satu upayanya adalah dengan pendidikan. Tidak hanya pendidikan formal akademis ataupun pembelajaran saja, tetapi harus dibarengi dengan pendidikan agama untuk membimbing moral anak. Sekarang sudah banyak panti-panti social dan rehabilitasi yang memberikan pendidikan dan kegiatan yang lebih bermanfaat bagi anak jalanan ketimbang hanya mengamen dan meminta-minta di terminal atau di jalan-jalan kota.

Untuk anak jalanan, menurut Ishaq (2000), pendidikan luar sekolah yang sesuai adalah dengan melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah "rumah singgah" dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), yaitu : anak jalanan dilayani di rumah singgah, sedangkan anak rentan ke jalan dan orang dewasa dilayani dalam wadah PKBM.

Rumah singgah dan PKBM itu dipadukan dengan-sekaligus menerapkan-pendekatan kelompok dan CBE (Community Based Education, pendidikan berbasis masyarakat) serta strategi pembelajaran partisipatif dan kolaboratif (participative and collaborative learning strategy).

Program pendidikan yang terselenggara itu, antara lain, dapat berupa : Kejar Usaha; Kejar Paket A (setara SD); Kejar Paket B (setara SLTP); bimbingan belajar; Diktagama (pendidikan watak dan dialog keagamaan); Latorma (pelatihan olahraga dan bermain); Sinata (sinauwisata); Lasentif (pelatihan seni dan kreativitas); Kelompok Bermain; Kampanye KHA (Konvensi Hak Anak-anak); FBR (forum berbagi rasa); dan pelatihan Taruna Mandiri (M. Ishaq, 2000 : 371)

Sebenarnya mereka adalah generasi penerus bangsa yang jika tidak dididik malah akan merusak moral bangsa nantinya, oleh karena itu tugas kita selaku masyarakat yang bernasib lebih baik dari mereka untuk merangkul dan membimbing mereka dengan cara memfasilitasi mereka.

Jika saja anak jalanan mendapat fasilitas yang memadai bukan tidak mungkin mereka akan meraih sebuah prestasi yang sangat baik, karena sebenarnya dalam diri mereka terdapat bakat-bakat yang terpendam. Mereka memiliki potensi, seperti bermain musik, melukis, dan karya seni nlainnya. Contohnya saja sudah banyak artis-artis Indonesia yang awalnya adalah seorang anak jalanan.

C. Penutup
Sekarang tinggal tugas semua lapisan masyarakat untuk bahu-membahu menyelamatkan anak jalanan agar dapat meneruskan pembangunan bangsa ini dengan prestasi-prestasi mereka dan jangan biarkan anak yang sudah ada dalam genggaman pendidikan malah terjerumus kedalam hal yang sama. Karena masa depan bangsa ini ada di tangan mereka sebagai generasi penerus bangsa.


REFERENSI :
Achmad, A. 2005. “Pemberdayaan Anak Jalanan” . [Online]. Tersedia : http://www.kesrepro.info . [26 Oktober 2009]
Ariesandi.2006. “Mendidik Anak Jalanan”. [Online] Tersedia : http://www.vivanews.com. [26 Oktober 2009]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar